Rupiah Melemah ke Level Rp15.569/USD

Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Rupiah Melemah ke Level Rp15.569/USD

Husen Miftahudin • 10 January 2024 16:59

Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan cukup dalam, sama seperti saat pembukaan.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 10 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.569 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 49 poin atau setara 0,32 persen dari posisi Rp15.520 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus utama pasar tetap pada data CPI Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Kamis dan diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit meningkat di Desember.
 
"Inflasi yang stagnan, ditambah dengan tanda-tanda ketahanan pasar tenaga kerja baru-baru ini, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," jelas Ibrahim.
 
Para pedagang terlihat terus mengurangi pertaruhan The Fed akan mulai memangkas suku bunga secepatnya pada Maret 2024. Alat CME Fedwatch menunjukkan pertaruhan terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret dengan peluang 63,6 persen, turun dari peluang 69,6 persen yang terlihat dalam seminggu yang lalu.
 
Pejabat Fed juga terlihat menentang ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal, dengan Presiden Fed Atlanta Ralph Bostic menyatakan ia tetap bias terhadap kebijakan moneter yang tetap ketat dalam jangka pendek.
 
"Meskipun The Fed telah mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga pada 2024, namun hanya memberikan sedikit informasi mengenai waktu pemotongan tersebut. Bank sentral sejauh ini mempertahankan pendekatan berbasis data untuk memangkas suku bunga," terangnya.

Baca juga: Rupiah Kembali Melemah ke Level Rp15.545/USD
 

Ekonomi global diramal ambruk

 
Ibrahim mengatakan, pasar merespons negatif dari rilis Bank Dunia dalam Global Economic Prospects January 2024 yang memperkirakan ekonomi global akan melambat ke 2,4 persen pada tahun ini dibandingkan 2,6 persen pada 2023.
 
Sedangkan pada 2025, ekonomi dunia diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 2,7 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juni lalu yakni 3,0 persen.
 
"Pertumbuhan sebesar 2,6 persen pada 2023 juga akan menjadi yang terendah dalam 50 tahun, di luar resesi global saat pandemi. Bank Dunia juga menyebut ini adalah kali pertama mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi terus melandai selama tiga tahun beruntun," ucap Ibrahim.
 
Bank Dunia juga mengingatkan adanya risiko besar untuk pertumbuhan ke depan dari konflik di Timur Tengah, gangguan di pasar komoditas, mahalnya ongkos pinjaman, bengkaknya utang, melandainya ekonomi Tiongkok, inflasi yang masih tinggi, serta perubahan iklim yang ekstrem.
 
Sementara untuk Indonesia, Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini di angka 4,9 persen. Namun, mereka memangkas proyeksi 2025 menjadi 4,9 persen dari 5,0 persen pada proyeksi Juni lalu.
 
"Proyeksi bank dunia tidak sejalan dari proyeksi pemerintah yang mencapai sebesar 5,2 persen," tutur dia.
 
Menurut Ibrahim, salah satu dampak sulitnya pertumbuhan ekonomi 2024 di 5,2 persen adalah Indonesia tidak akan lagi mendapat berkah dari lonjakan harga komoditas untuk tahun ini dan tahun depan.
 
"Sehingga akan berpengaruh terhadap ekspor impor serta melandainya ekonomi Tiongkok yang merupakan salah satu mitra bisnis terbesar Indonesia," jelas Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.550 per USD hingga Rp15.600 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)