Pelaku industri kopi di Indonesia melakukan berbagai langkah efisien imbas dari kenaikan harga kopi di dunia. (Foto: Freepik)
Patrick Pinaria • 21 September 2024 11:08
Jakarta: Pelaku industri kopi dunia sedang menghadapi tantangan besar akibat kenaikan harga kopi yang begitu pesat. Tak terkecuali pelaku industri kopi di Indonesia. Mereka terpaksa harus menaikkan harga kopi produksi mereka demi tetap bertahan di industri kopi.
Hal tersebut diakui perusahaan kopi ternama di Tanah Air, Kapal Api Group. Mereka mengaku sudah menaikkan harga kopi dalam satu tahun terakhir.
"Kopi di seluruh dunia harganya naik, terutama robusta di Indonesia karena Kapal Api menggunakan 100 persen biji kopi. Jadi kita terus menaikkan harga. Kita sudah menaikkan harga cukup banyak dalam satu tahun terakhir karena kenaikan harga kopi juga sangat signifikan naiknya.," ujar CMO Kapal Api Group Christeven Mergono.
Tak ingin membebani konsumen dengan kenaikan harga yang tinggi, Kapal Api pun melakukan berbagai strategi untuk mengatasi kenaikan harga kopi dunia dengan tetap berkomitmen menyajikan aroma dan rasa kopi terbaik.
"Karena kita tidak mau bermain-main dengan kualitas, kita tetap menggunakan 100 persen biji kopi pilihan. Jadi menjaga kualitas adalah nomor satu," kata Christeven.
"Kedua kita mulai melakukan efisiensi seperti efisiensi biaya di pabrik. Dalam strategi marketing, kita juga memilih sekarang, mana promosi yang tepat, mana yang kurang tepat, tetap harus kita pilih," lanjutnya.
Kenaikan harga kopi disorot Presiden Jokowi
Harga kopi memang sedang mengalami kenaikan begitu pesat. Baik jenis arabika maupun robusta. Menurut data Bursa Komoditas London, harga kopi robusta melonjak sekitar 14 persen periode Maret hingga Agustus 2024.
Kenaikan harga kopi ini jelas memberatkan para pelaku industri kopi, di mana sejumlah pelaku usaha kedai kopi tercatat telah menaikkan harga jualnya hingga lebih dari 30 persen.
Situasi ini pun disoroti oleh Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya ke Lampung beberapa waktu lalu, presiden menyadari laju produksi kopi Indonesia tak sebanding dengan laju peningkatan konsumsi kopi, baik untuk di dalam negeri maupun untuk ekspor.
"Harga kopi ini sekarang terus naik, meskipun kadang turun. Tapi, kalau secara tahunan naik terus dan juga volumenya untuk permintaan, demand export juga naik terus," kata Jokowi.
"Inilah yang tadi saya sampaikan ke Menteri Pertanian agar memberi perhatian kepada kopi. Yang paling penting adalah produktivitas per hektarenya harus naik, yang banyak masih 1 hektare, 1 ton, 2 ton. Harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Karena negara lain bisa diangka-angka itu," lanjutnya.
Presiden pun meminta kepada Menteri Pertanian untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia. "Tugas kita bersama membuat produktivitas per hektarenya menjadi naik drastis dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik. Ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih lebih rapat sehingga produktivitasnya per hektare bisa menjadi naik," tutur Jokowi.
Tetap diminati konsumen
Namun, kenaikan harga ini ternyata tak menyurutkan minat masyarakat mengonsumsi kopi. Sebab, bagi sebagiaan orang kopi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup. Beberapa di antara mereka merasa kopi memberikan semangat dan mendorong produktivitas dalam menghadapi hari.
Berdasarkan data Konsumsi Kopi Dunia, konsumsi kopi masih mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase peningkatan konsumsi kopi per tahun.