Ilustrasi. Patung Merlion, ikon wisata di Singapura. Foto: Pexels.
Singapura: Perekonomian Singapura tumbuh sebesar 4,4 persen (yoy) pada kuartal kedua 2025, data pemerintah menunjukkan pada Selasa. Angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar 4,3 persen yang dirilis pemerintah pada bulan lalu.
Mengutip Investing,com, Selasa, 12 Agustus 2025, secara kuartal ke kuartal, disesuaikan secara musiman, produk domestik bruto (PDB) Negeri Singa itu naik sebesar 1,4 persen pada periode April-Juni, sejalan dengan perkiraan awal. Angka ini juga jauh lebih baik ketimbang kontraksi 0,5 persen pada kuartal pertama.
Berkat raihan positif tersebut membuat Kementerian Perdagangan Singapura langsung mengerek proyeksi pertumbuhan PDB untuk sepanjang 2025 menjadi 1,5 persen hingga 2,5 persen dari 0,0 persen hingga 2,0 persen, dengan alasan hal tersebut sebagian besar mencerminkan kinerja semester pertama yang lebih baik dari perkiraan.
Pada April 2025, Kementerian Perdagangan Singapura sempat memangkas proyeksinya pertumbuhan ekonomi negara tersebut dari 1,0 persen menjadi 3,0 persen setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana tarif globalnya.
"Namun, prospek ekonomi untuk sisa tahun ini masih diliputi ketidakpastian, dengan risiko yang cenderung menurun," ungkap Kementerian Perdagangan Singapura dalam pernyataannya.
(Ilustrasi. Unsplash)
Menimbang pengenaan tarif Trump
Dalam pernyataan terpisah, Enterprise Singapore mengatakan pihaknya mempertahankan perkiraannya untuk ekspor non-minyak pada pertumbuhan 1,0 persen hingga 3,0 persen tahun ini, dengan mengatakan pihaknya memperkirakan beberapa kelemahan pada semester kedua setelah awal yang lebih kuat dari yang diharapkan pada 2025.
"Secara umum, seiring dengan berkurangnya aktivitas front loading dan dimulainya kembali tarif timbal balik mulai 7 Agustus 2025, hal ini dapat membebani aktivitas ekonomi dan perdagangan global," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan.
Meskipun memiliki perjanjian perdagangan bebas dan menjalankan defisit perdagangan dengan AS, pusat keuangan yang kaya itu masih dikenai tarif sebesar 10 persen oleh Washington.
Presiden AS Donald Trump juga mengatakan akan mengenakan
tarif sekitar 100 persen pada impor semikonduktor, dengan pengecualian bagi perusahaan yang memproduksi di AS atau telah berkomitmen untuk melakukannya, dan tarif pada impor farmasi yang akan naik hingga 150 persen dalam waktu 18 bulan dan akhirnya menjadi 250 persen.
Angka-angka dari laporan bank sentral menunjukkan produk farmasi menyumbang 12,3 persen dari ekspor Singapura ke AS pada 2024, sementara semikonduktor menyumbang 1,6 persen dari pengiriman dan peralatan elektronik serta semikonduktor lainnya menyumbang 15,0 persen dari ekspor ke AS.
Dampak tidak langsung juga akan terjadi pada Singapura, pusat pelayaran global yang nilai perdagangannya tiga kali lipat PDB-nya, jika tarif AS membatasi perdagangan global. Sementar itu, impor dari negara-negara Asia Tenggara lainnya telah dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi antara 19 persen sampai 40 persen.