Trump-Putin Sepakat Hentikan Serangan Infrastruktur Energi Ukraina Tanpa Gencatan Senjata

Putin dan Trump sepakat hentikan serangan ke infrastuktur energi. Foto: The White House

Trump-Putin Sepakat Hentikan Serangan Infrastruktur Energi Ukraina Tanpa Gencatan Senjata

Fajar Nugraha • 19 March 2025 11:54

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyepakati penghentian sementara serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina dalam percakapan telepon yang berlangsung pada Selasa 18 Maret 2025. 

Namun, pembicaraan tersebut gagal menghasilkan kesepakatan untuk gencatan senjata penuh di tengah invasi Rusia yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Kremlin menyatakan bahwa Putin telah memerintahkan militer Rusia untuk menghentikan serangan ke fasilitas energi Ukraina selama 30 hari. Sementara itu, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa kedua pemimpin sepakat memulai proses perdamaian dengan "gencatan senjata di sektor energi dan infrastruktur."

Meski begitu, Putin menolak usulan Washington untuk memberlakukan gencatan senjata penuh selama 30 hari.

Sikap Ukraina terhadap usulan gencatan senjata energi

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan dukungannya terhadap usulan Amerika Serikat untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi. Namun, ia memperingatkan bahwa Rusia tengah berupaya memperlambat proses negosiasi dan memperlemah posisi Kyiv melalui tuntutan baru.

"Pihak kami akan mendukung hal ini," ujar Zelensky dalam konferensi pers daring yang diselenggarakan secara mendadak. 

Ia menambahkan bahwa Ukraina siap menerima setiap proposal yang mengarah pada "perdamaian yang stabil dan adil."

Zelensky juga menegaskan bahwa Rusia tampaknya menolak sepenuhnya usulan tersebut. 

"Saat ini adalah waktu bagi Rusia untuk menunjukkan apakah mereka benar-benar menginginkan perdamaian," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga, seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu 19 Maret 2025.

Kremlin mengklaim bahwa Ukraina telah menyetujui moratorium serangan terhadap fasilitas energi, meski Kyiv sebelumnya menuntut Rusia untuk menerima gencatan senjata secara tanpa syarat.

Tuntutan Rusia bisa ancam negosiasi

Dalam pernyataannya, Kremlin menegaskan bahwa syarat utama bagi perdamaian adalah penghentian dukungan militer dan intelijen dari negara-negara Barat kepada Ukraina. Tuntutan ini menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan berbagai ibu kota Eropa yang sebelumnya menuduh Putin menggunakan perundingan sebagai strategi untuk mengulur waktu.

Trump sendiri telah menyatakan sebelumnya bahwa ia siap membahas "pembagian aset tertentu," merujuk pada wilayah pendudukan di Ukraina yang ingin dipertahankan Rusia. Melalui platform Truth Social, Trump mengungkapkan bahwa "banyak elemen dari perjanjian akhir telah disepakati, tetapi masih ada hal yang perlu diselesaikan."

Namun, sejumlah sekutu AS khawatir sikap Trump yang cenderung lunak terhadap Rusia bisa memberikan terlalu banyak keuntungan bagi Putin.

Rusia terus tekan Ukraina di medan perang

Meskipun terdapat pembahasan mengenai penghentian serangan energi, Rusia tetap melanjutkan serangan intensif ke wilayah timur dan selatan Ukraina. Dalam beberapa bulan terakhir, militer Rusia memperkuat serangannya di berbagai wilayah strategis, termasuk di kawasan Kursk yang sebelumnya berhasil direbut Ukraina.

Kremlin memuji keberhasilan ofensif cepat di Kursk sebagai langkah untuk memperkuat posisi mereka di meja perundingan.

Dorongan menuju gencatan senjata ini pertama kali muncul pada Februari lalu, ketika Trump mengumumkan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon mendadak dengan Putin. Langkah tersebut mengejutkan banyak pihak di Barat yang selama ini berupaya mengisolasi Rusia karena invasi terhadap Ukraina.

Kontroversi semakin memanas setelah Trump terlibat dalam perdebatan sengit dengan Zelensky di Gedung Putih pada 28 Februari lalu. Peristiwa ini menyebabkan AS sempat menangguhkan miliaran dolar bantuan militer untuk Ukraina.

Pada Minggu, Trump menyatakan bahwa ia akan membahas masalah "lahan" dan "pembangkit listrik" dengan Putin. Pernyataan tersebut diduga merujuk pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang berada di bawah kendali Rusia.

Meski menghadapi kritik, Trump tetap berkomitmen memenuhi janji kampanyenya untuk mengakhiri konflik di Ukraina. 

"Ini harus diakhiri SEKARANG," tegas Trump di Truth Social, menuding kebijakan pendahulunya, Joe Biden, sebagai pemicu berkepanjangannya perang ini.

Dengan posisi kedua negara yang masih jauh dari kata sepakat, masa depan perundingan damai tetap tidak pasti, terutama dengan tuntutan Rusia yang dinilai mengancam kedaulatan dan keamanan Ukraina.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)