Rifaat Jouda berjalan bersama putranya saat memasuki Kota Gaza setelah menempuh perjalanan panjang dari Gaza selatan, pada 28 Januari 2025 [Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera].
Riza Aslam Khaeron • 29 January 2025 14:53
Gaza: Ribuan warga Palestina kembali ke Gaza lutara setelah lebih dari 15 bulan mengungsi akibat serangan Israel. Mereka kembali dengan harapan bisa menemukan tempat tinggal, namun banyak yang justru mendapati rumah mereka hancur dan kondisi yang semakin sulit.
Dikutip dari Al-Jazeera, Rabu, 29 Januari 2025, banyak dari warga yang melakukan perjalanan panjang hingga 30 kilometer untuk kembali ke Kota Gaza. Salah satu dari mereka, Rifaat Jouda, bersama anaknya yang memiliki sindrom Down, memulai perjalanan dari Khan Younis di selatan Gaza.
“Perjalanan ini sangat melelahkan dan sulit, tetapi kami tetap bertekad untuk kembali,” ujar Rifaat kepada Al-Jazeera.
Sesampainya di Kota Gaza, Rifaat mendapati rumahnya sudah tidak ada. “Rumah kami hancur dalam serangan Israel pada bulan Oktober,” katanya. Al-Jazeera melaporkan bahwa 74 persen bangunan di Kota Gaza telah rusak atau hancur, membuat banyak warga yang kembali terpaksa tinggal di tenda atau bangunan yang tidak layak.
Menurut laporan Al-Jazeera, serangan Israel selama 15 bulan perang telah menyebabkan 47.300 warga Palestina tewas dan ratusan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. Kota Gaza kini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dengan puing-puing bangunan di mana-mana.
Israel mengeluarkan perintah pada awal perang, memaksa sekitar 2,3 juta warga Gaza mengungsi ke wilayah selatan. Namun, kawasan yang disebut sebagai "zona aman" juga tidak luput dari serangan. 50 persen bangunan di Deir el-Balah, 55 persen di Khan Younis, dan 48 persen di Rafah telah hancur atau rusak berat, meninggalkan sedikit pilihan bagi warga yang kembali.
Israel membuka bagi akses warga Palestina untuk kembali ke Gaza utara setelah gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari 2025. Meskipun demikian, banyak yang menyerap keamanan dan kelangsungan hidup di wilayah yang telah mengalami kehancuran besar.
Menurut laporan Al-Jazeera, sekitar 370.000 warga Palestina telah kembali ke Gaza utara meskipun kondisi kehidupan yang sulit, termasuk keterbatasan air bersih, listrik, dan layanan kesehatan.
“Kami kembali ke situasi yang lebih buruk dari yang kami tinggalkan. Tidak ada air, tidak ada layanan, tetapi tetap di rumah kami,” kata Rifaat Jouda.
Banyak warga juga kembali tanpa anggota keluarga mereka yang terbunuh selama perang. Khaled Ibrahim, misalnya, tidak hanya kehilangan rumahnya, tetapi juga istri, cucu, dan dua saudara laki-lakinya dalam serangan Israel di Khan Younis.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, banyak warga kini hanya bisa berharap bahwa perdamaian yang lebih permanen dapat segera terwujud. Namun, banyak yang menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan Gaza lagi, meskipun kondisinya sangat sulit.