Rusia Harap Kerja Sama Ekonomi dan Geopolitik dengan AS Dipercepat

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Donald Trump sempat melakukan pertemuan. Foto: The White House

Rusia Harap Kerja Sama Ekonomi dan Geopolitik dengan AS Dipercepat

Fajar Nugraha • 4 March 2025 19:05

Moskow:  Konfrontasi sengit antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih telah menciptakan momentum baru bagi Moskow. Rusia kini melihat peluang besar untuk mempercepat normalisasi hubungan dengan Washington, setelah hubungan kedua negara memburuk selama bertahun-tahun akibat konflik di Ukraina.

Menurut para pengamat diplomasi, pertemuan di Ruang Oval tersebut bukan sekadar perdebatan spontan, melainkan bagian dari strategi politik pemerintahan Trump untuk melemahkan posisi Zelensky dan menghilangkan hambatan dalam pendekatan baru AS terhadap Rusia.

Moskow sendiri menyambut perkembangan ini dengan antusiasme tinggi. Beberapa pejabat Kremlin bahkan berharap bahwa negosiasi dengan AS mengenai kerja sama ekonomi dan geopolitik akan semakin dipercepat dalam waktu dekat.

Rencana KTT Trump-Putin dan negosiasi ekonomi

Meski belum ada pengumuman resmi, sumber-sumber di Moskow menyebut bahwa pertemuan puncak antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang selama ini selalu menjadi wacana, kini sedang dalam tahap percepatan.

Di sisi lain, berbagai diskusi di tingkat diplomatik telah berlangsung tanpa banyak sorotan publik. Riyadh, Arab Saudi, menjadi lokasi di mana Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengadakan putaran pertama perundingan luar biasa bulan lalu. Ukraina tidak dilibatkan dalam pembicaraan tersebut.

Melansir dari CNN, Selasa 4 Maret 2025, persiapan sedang dilakukan untuk pertemuan lanjutan, yang kemungkinan besar akan kembali diadakan di salah satu negara Teluk.

Kirill Dmitriev, utusan ekonomi utama Kremlin dalam pembicaraan ini, mengatakan kepada CNN bahwa kerja sama dengan AS bisa mencakup sektor energi, meskipun rincian spesifik belum diumumkan.

Sementara itu, Financial Times melaporkan adanya upaya melibatkan investor Amerika Serikat dalam proyek revitalisasi pipa gas Nord Stream 2 yang sebelumnya dihentikan oleh Jerman pada awal invasi Rusia ke Ukraina. Jika terealisasi, proyek ini akan menjadi langkah besar dalam pemulihan hubungan ekonomi antara Washington dan Moskow.

Trump dan Rusia bangun visi baru masa depan

Dmitriev juga secara terbuka menyatakan harapannya agar pemerintahan Trump dan Rusia dapat fokus pada "membangun masa depan yang lebih baik bagi umat manusia," termasuk melalui investasi, pertumbuhan ekonomi, terobosan kecerdasan buatan, serta proyek-proyek ilmiah jangka panjang seperti eksplorasi Mars.

Bahkan, di X, Dmitriev mengunggah ilustrasi digital yang menggambarkan misi eksplorasi Mars bersama antara AS, Rusia, dan Arab Saudi, menggunakan wahana yang menyerupai roket SpaceX.

Selain kepentingan geopolitik, kerja sama dengan Rusia juga menghadirkan potensi keuntungan ekonomi besar bagi AS. Rusia saat ini memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar keempat di dunia, jauh lebih besar dibandingkan dengan Ukraina yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri strategis.

Pendekatan ini tampaknya selaras dengan gaya kepemimpinan Trump, yang dikenal memiliki orientasi bisnis yang kuat. Dmitriev bahkan mengklaim bahwa "akal bisnis Trump menghancurkan narasi Biden," merujuk pada pendekatan pemerintahan sebelumnya yang lebih konfrontatif terhadap Moskow.

Perubahan drastis dalam kebijakan luar negeri AS

Sejak dilantik pada Januari lalu, kebijakan luar negeri Trump tampak mengalami pergeseran besar yang tidak hanya terkait dengan kepentingan ekonomi, tetapi juga menandai perombakan mendasar dalam hubungan AS-Rusia.

Kremlin sendiri tampak terkejut dengan cepatnya perubahan ini. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, secara terbuka mengakui bahwa "pemerintahan AS yang baru sedang dengan cepat mengubah seluruh konfigurasi kebijakan luar negeri, dan sebagian besar langkah mereka sejalan dengan visi kami."

Namun, keputusan Trump untuk mendekat ke Moskow alih-alih memperkuat hubungan dengan sekutu tradisional Amerika di Eropa masih menjadi bahan spekulasi luas.

Beberapa analis berspekulasi bahwa langkah ini didorong oleh keyakinan di kalangan sayap kanan Amerika bahwa Rusia dapat menjadi mitra strategis AS dalam menghadapi Tiongkok di masa depan. Dengan demikian, Washington berusaha menarik Rusia menjauh dari Beijing sebagai pendukung utamanya.

Namun, bagi banyak pengamat, baik teori ini maupun spekulasi bahwa Trump memiliki hubungan tersembunyi dengan Kremlin masih belum memiliki bukti konkret.

Yang jelas, hubungan AS-Rusia kini sedang memasuki fase baru yang berpotensi mengubah peta geopolitik dunia, dengan konsekuensi besar bagi sekutu-sekutu tradisional Amerika di Eropa.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)