Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni. Metro TV/Safira Prameswari
Jakarta: Ketua Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Kehutanan se-Indonesia (FOReTIKA), Mujetahid, menilai Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni berhasil membawa semangat kolaboratif dalam kepemimpinannya. Ia menyebut, Kementerian Kehutanan di bawah kepemimpinan Raja Juli aktif menjalin sinergi dengan dunia akademik, khususnya perguruan tinggi kehutanan di seluruh Indonesia.
“Sebagai akademisi, saya melihat Kementerian Kehutanan selalu mengajak dan terbuka untuk mendapatkan masukan dari perguruan tinggi kehutanan seluruh Indonesia, untuk bersinergi menuju pembangunan kehutanan berkelanjutan dan berkeadilan,” ujar Mujetahid, yang juga Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, saat dihubungi, Jumat, 24 Oktober 2025.
Menurutnya, keterbukaan tersebut tidak hanya bersifat simbolik, tetapi diwujudkan dalam kebijakan dan kegiatan konkret yang melibatkan unsur kampus. Salah satunya, dengan memberi kesempatan bagi perguruan tinggi untuk mengusulkan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai area riset dan pendidikan.
“Kementerian Kehutanan memberi ruang kepada perguruan tinggi kehutanan untuk mengusulkan KHDTK bagi yang belum mendapatkan izin mengelola kawasan hutan dengan tujuan khusus pendidikan,” jelasnya.
Selain itu, Kementerian Kehutanan juga secara aktif mengundang perguruan tinggi kehutanan untuk memberikan masukan terhadap berbagai program dan kebijakan kementerian, termasuk dalam kerja sama strategis antarlembaga.
“Menteri Kehutanan mengundang perguruan tinggi kehutanan untuk memberikan masukan terkait program Kemenhut, termasuk membahas program kerja sama,” lanjutnya.
Mujetahid menambahkan, kolaborasi dengan perguruan tinggi turut terlihat dalam peluncuran rencana investasi Result Based Contribution (RBC) tahap keempat dan small grant periode ketiga. Program tersebut membuka kesempatan bagi perguruan tinggi untuk mengakses pendanaan riset dan pengabdian masyarakat di bidang kehutanan.
“Perguruan tinggi kehutanan diundang untuk memanfaatkan grant ini agar dapat memperkuat kontribusi akademik terhadap keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Tak hanya dalam penelitian, kalangan akademik juga dilibatkan dalam penyusunan sejumlah kebijakan strategis, seperti rencana operasional IFNET 2030, perhitungan PNBP pelepasan kawasan hutan, hingga forum Raker, Rakornas, serta monitoring dan evaluasi kegiatan kementerian.
“Pelibatan ini menunjukkan bahwa pandangan akademisi menjadi bagian penting dalam proses pengambilan keputusan di sektor kehutanan,” tutur Mujetahid.
Dukung Pendidikan dan Peningkatan SDM
Kementerian Kehutanan juga memperkuat kolaborasi di bidang pendidikan melalui program Forestry Update Course yang diikuti mahasiswa perguruan tinggi kehutanan di seluruh Indonesia.
“Kementerian Kehutanan bekerja sama dan memberi dukungan dalam Kuliah Forestry Update Course selama 16 kali pertemuan,” ungkap Mujetahid.
Ia menilai program tersebut penting untuk menyelaraskan wawasan mahasiswa dengan perkembangan terkini dunia kehutanan, sekaligus menjembatani teori akademik dengan praktik lapangan.
Mujetahid menilai berbagai inisiatif kolaboratif itu mencerminkan karakter kepemimpinan Raja Juli Antoni yang inklusif, partisipatif, dan berorientasi hasil.
“Sinergi dengan akademisi bukan hanya memperkaya kebijakan, tapi juga memperkuat legitimasi pembangunan kehutanan yang berbasis ilmu pengetahuan,” pungkasnya.