Anggota kelompok militer UNA-UNSO Ukraina berjalan di antara puing-puing kendaraan militer Rusia yang hancur pada 5 April 2022. (The Kyiv Independent)
Riza Aslam Khaeron • 16 July 2025 10:51
Moskow: Rusia secara tegas menolak tuntutan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar Moskow menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Ukraina dalam waktu 50 hari.
Pernyataan itu disampaikan pada Selasa, 15 Juli 2025, setelah Trump mengancam akan memberlakukan tarif sekunder sebesar 100% terhadap negara-negara yang tetap berbisnis dengan Rusia jika kesepakatan tidak tercapai.
"Setiap upaya untuk mengajukan tuntutan, terutama dalam bentuk ultimatum, tidak dapat kami terima," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov, dikutip dari kantor berita pemerintah TASS.
Ia menegaskan bahwa Rusia tetap berpegang pada jalur diplomatik, namun akan melanjutkan apa yang disebut sebagai "Operasi Militer Khusus" jika tujuan mereka belum tercapai.
"Jika kami tidak bisa mencapai tujuan melalui diplomasi, maka operasi militer akan terus berjalan. Ini posisi yang tak tergoyahkan," tambah Ryabkov, seraya menyerukan agar Washington dan NATO memandang serius sikap Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut pengumuman Trump sebagai sesuatu yang "sangat serius" dan menyatakan bahwa sebagian dari pernyataan tersebut ditujukan langsung kepada Presiden Vladimir Putin.
"Kami butuh waktu untuk menganalisis apa yang disampaikan di Washington," ucapnya, menambahkan bahwa Putin akan memberikan komentar jika dianggap perlu.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga ikut angkat bicara. Dalam unggahannya di media sosial, ia menyebut ultimatum dari Trump sebagai "pertunjukan teatrikal" dan menambahkan bahwa "Rusia tidak peduli."
Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa dirinya memberikan tenggat waktu selama 50 hari kepada Rusia dan Ukraina untuk menyepakati gencatan senjata, dan jika tidak tercapai, maka sanksi ekonomi lanjutan akan diberlakukan.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Rusia dengan Tarif Impor 100% |