Ilustrasi MBG. Foto: Medcom.id.
Media Indonesia • 4 May 2025 15:21
Jakarta: Pemerintah didesak memasifkan edukasi soal keamanan makanan. Hal itu perlu dilakukan untuk mengatasi kasus keracunan program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada Leiyla Elvizahro mengatakan, makanan basi sering kali dapat dikenali melalui perubahan bau, tekstur, dan warna. Leiyla mengimbau agar masyarakat membiasakan diri untuk mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. Deteksi dini lewat pancaindra sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang beresiko.
“Makanan seperti nasi, mie, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. Tanda-tandanya antara lain berbau asam, berlendir, atau muncul jamur,” kata Leiyla dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 4 Mei 2025.
Keracunan massal dalam kasus MBG diduga kuat terkait dengan buruknya penanganan makanan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi. Leiyla menggarisbawahi bahwa makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas yang ketat, termasuk pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah waktu antara proses masak dan konsumsi. Semakin lama jedanya, semakin tinggi potensi kontaminasi.
Oleh karena itu, penting bagi panitia penyelenggara acara untuk memastikan distribusi makanan dilakukan secara cepat dan efisien. “Kalau makanan disimpan lebih dari empat jam tanpa penghangat atau pendingin, risiko pertumbuhan bakteri akan meningkat drastis,” ungkap dia.
Baca juga:
Siswa Korban Keracunan MBG di Tasikmalaya Diberi Trauma Healing dan Pendampingan |