Logistik Jadi Sektor Krusial Wujudkan Ekonomi Indonesia Tumbuh 8%

Ilustrasi industri logistik. Foto: Medcom.id

Logistik Jadi Sektor Krusial Wujudkan Ekonomi Indonesia Tumbuh 8%

Husen Miftahudin • 26 May 2025 10:05

Jakarta: Founder & CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi perlu menjadi catatan penting berkaitan dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah sebesar delapan persen.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada triwulan I-2025 ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen (yoy) atau terkontraksi 0,98 persen (q to q). Sektor (lapangan usaha) dengan kontribusi terbesar terhadap PDB pada periode tersebut adalah industri pengolahan (dengan kontribusi sebesar 19,25 persen), diikuti perdagangan (13,22 persen), pertanian (12,66 persen), konstruksi (9,84 persen), dan pertambangan (8,99 persen).

Dari kelima sektor itu, tingkat pertumbuhan (yoy) tertinggi adalah sektor pertanian (10,52 persen), diikuti perdagangan (5,03 persen), industri pengolahan (4,56 persen), dan konstruksi (2,18 persen). Sementara, pertambangan terkontraksi sebesar 1,23 persen.

Menurut Setijadi, pemerintah perlu melakukan analisis terhadap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sektoral, baik kontribusi masing-masing terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun tingkat pertumbuhannya pada periode itu.

"Pemetaan rantai pasok harus dilakukan untuk semua produk atau komoditas dengan menganalisis pasokan dan permintaan baik secara nasional maupun global, serta menetapkan strategi yang tepat. Selanjutnya, pengembangan rantai dilakukan dengan mengintegrasikan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya," ungkap Setijadi dikutip dari rilis resminya, Senin, 26 Mei 2025.

Kata dia, perbaikan dan pengembangan sistem logistik sangat penting untuk meningkatkan konektivitas wilayah. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan fasilitas logistik berbasis komoditas menjadi sangat penting.

Untuk komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan yang bersifat mudah rusak (perishable), misalnya, harus didukung dengan ketersediaan cold storage atau pergudangan khusus dengan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS).

"Selain itu, program hilirisasi perlu dilakukan pada sejumlah sektor untuk meningkatkan nilai tambah produk dan komoditas agar bisa lebih bersaing baik di pasar domestik maupun global," papar Setijadi.
 

Baca juga: Efek Stimulus Pemerintah Dongkrak Daya Beli Baru 'Terasa' di Kuartal III


(Ilustrasi sektor logistik. Foto: Pinterest)
 

Pertumbuhan wilayah


Data BPS menunjukkan dua wilayah dengan kontribusi terhadap PDB yang rendah adalah Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua, yang berkontribusi berturut-turut sebesar 2,71 persen dan 2,62 persen pada triwulan I-2025 (yoy).

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2025 di kedua wilayah itu justru mengalami penurunan, sehingga harus mendapat perhatian serius. Tingkat pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara turun dari 5,19 persen menjadi 3,12 persen, sementara Maluku dan Papua turun dari 12,12 persen menjadi 1,69 persen (yoy).

Setijadi mengatakan, dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi secara nasional, pertumbuhan ekonomi pertumbuhan wilayah-wilayah dengan kontribusi terhadap PDB yang rendah harus dipacu dengan menerapkan paradigma 'ship promotes the trade'.

Untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah itu, pembangunan infrastruktur dan jaringan logistik sangat penting untuk meningkatkan daya saing komoditas dan menunjang pengembangan industri wilayah.

"Pertumbuhan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan volume barang yang penting untuk meningkatkan keseimbangan volume pengiriman barang dengan wilayah-wilayah lain yang akan berdampak terhadap efisiensi biaya logistik dan harga barang di wilayah-wilayah itu," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)