Ilustrasi ASN muda. Foto: pns.kamikamu.co.id via bisnismuda.id
Husen Miftahudin • 5 September 2025 22:39
Jakarta: Dinamika global yang bergerak cepat, ditandai dengan perkembangan teknologi digital, disrupsi ekonomi, hingga pergeseran demografi, menuntut birokrasi untuk beradaptasi dengan cepat.
Birokrasi Indonesia sendiri mengalami tantangan serupa, lebih dari 60 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) saat ini didominasi oleh generasi milenial dan gen-Z, yang tentu saja mendorong adanya perubahan pola pikir dan pola kerja birokrasi dalam merespons harapan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang lebih berkualitas.
"Program Reformer Academy ini merupakan bagian integral dari agenda reformasi birokrasi yang disusun oleh LAN untuk menciptakan semangat transformasi di sektor publik dengan menciptakan agen perubahan (
agent of change) di setiap lini birokrasi," kata Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Muhammad Taufiq saat memberikan
keynote spech pada Kick Off Reformer Academy, dikutip dari siaran pers, Jumat, 5 September 2025.
Taufiq menyampaikan, program Reformer Academy juga mendorong para birokrat untuk mampu mengembangkan diri dan berinovasi mulai dari diri sendiri, tanpa menunggu perubahan yang lebih besar dari luar.
"Tujuan lainnya ialah, menumbuhkan perubahan positif bagi generasi muda untuk menjadi agen perubahan, memiliki pengetahuan relevan dengan perubahan sehingga berkontribusi menjadikan indonesia lebih baik, berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia emas 2045 mendatang," harap dia.
Taufiq menegaskan, perubahan menjadi kata kunci untuk
ASN dalam merespons harapan, dan tuntutan masyarakat, pemerintah serta kemampuan beradaptasi dengan perkembangan global. Bukan hanya perubahan yang biasa saja (as usual) melainkan perubahan yang adaptif, inovatif, dan berdampak.
Jika melihat sejarah peradaban suatu bangsa, perubahan dilakukan hanya oleh segelintir orang yang disebut agent of change, kemudian diperkuat menjadi sebuah critical mass yang berjalan secara masif dan berkelanjutan. Melalui program Reformer Academy ini, peserta akan dididik memiliki kemampuan untuk mendorong perubahan diorganisasinya mulai dari hal-hal kecil ke hal yang lebih besar dan masif.
"Reformer Academy bukan sekedar ajang pelatihan biasa saja karena akan membekali kemampuan para future leader untuk menggagas aksi perubahan yang otentik dan disusun dengan pemikiran, value, cara baru para ASN muda yang akan menentukan trayektori perubahan Indonesia di masa yang akan datang," terang Taufiq.
(Kick Off Reformer Academy. Foto: dok Istimewa)
Lahirkan future leader ASN
Sementara itu, Deputi Bidang Transformasi Pembelajaran ASN Erna Irawaty menyampaikan kegiatan
kick off Reformer Academy ini diikuti oleh 285 ASN dari berbagai instansi. Selanjutnya, peserta akan diseleksi menjadi 100 orang untuk mengikuti bootcamp daring, lalu dikerucutkan menjadi 30 orang terpilih yang berkesempatan mengikuti offline bootcamp.
"LAN menargetkan Reformer Academy melahirkan
champion perubahan dan
future leader ASN, khususnya generasi muda yang tidak hanya menjadi pelaksana kebijakan, tetapi juga penggerak
transformasi birokrasi menuju tata kelola yang berdampak," jelas dia.
Senada dengan hal tersebut, Chief of Talent and Transformation KTM Solution Ivan Ahda menekankan manajemen perubahan membutuhkan tiga elemen utama. Pertama, intensi, yakni dorongan kuat untuk menggagas ide perubahan, bukan sekadar menjalankan program rutin.
"Kedua, kapabilitas, yaitu keterampilan ASN untuk mengeksekusi perubahan yang nyata dan terukur. Dan terakhir kemampuan mengkomunikasikan serta menginspirasi orang lain untuk melakukan perubahan tersebut," urai Ivan.