2 Pemantik Harga Emas Dunia: Trump dan Geopolitik

Ilustrasi. Foto: Freepik

2 Pemantik Harga Emas Dunia: Trump dan Geopolitik

Ade Hapsari Lestarini • 21 February 2025 10:13

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) kembali bergerak mendekati level tertinggi sepanjang masa setelah sebelumnya mencatatkan rekor pada Kamis, 20 Februari 2025.

Penguatan harga emas ini didorong oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mengindikasikan kemungkinan adanya kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok.

Sementara itu, ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah Trump menyatakan Ukraina telah memulai perang dengan Rusia dan mengisyaratkan sudah saatnya bagi Ukraina untuk membayar kembali dana yang diberikan oleh AS.

"Sentimen ini semakin memperkuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven. Kombinasi candlestick dan indikator moving average menunjukkan tren bullish emas kembali menguat," ungkap Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, dalam hasil analisisnya, Jumatm 21 Februari 2025.

Saat ini, harga emas memiliki potensi untuk melanjutkan kenaikan hingga mencapai level USD2.954. Namun, jika terjadi pergerakan reversal, maka harga dapat terkoreksi turun dengan target terdekat di USD2.924.

"Prospek bullish ini tetap kuat seiring dengan meningkatnya permintaan emas di tengah ketidakpastian global," tambah dia.



Ilustrasi. Foto: Freepik

 

Baca juga: Sempat Terkoreksi, Tren Bullish Emas Masih Bertahan

Sikap The Fed bisa membatasi kenaikan harga emas


Di sisi lain, sikap hawkish The Fed berpotensi membatasi kenaikan harga emas, meskipun kondisi jenuh beli yang ringan membuat logam mulia ini mengalami koreksi pada Jumat, 21 Februari 2025 hingga ke level USD2.928.

Pernyataan Trump yang menegaskan akan mengenakan tarif baru pada sejumlah produk dalam waktu dekat semakin memperburuk ketegangan perdagangan, yang berpotensi meningkatkan permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.

Sementara itu, dolar AS mengalami kesulitan dalam mempertahankan pemulihan moderatnya selama dua hari terakhir akibat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Faktor ini memberikan dukungan tambahan bagi emas, yang sering dianggap sebagai aset alternatif ketika dolar melemah. Risalah rapat kebijakan FOMC terakhir yang dirilis menunjukkan bahwa para pejabat The Fed masih menghadapi ketidakpastian tinggi terkait kebijakan moneter ke depan.

Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menekankan meskipun inflasi mulai mereda, tingkat suku bunga masih perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga menyatakan meskipun inflasi telah menurun, levelnya masih relatif tinggi, sehingga pemotongan suku bunga lebih lanjut hanya akan dilakukan jika inflasi benar-benar menunjukkan tren penurunan yang stabil. Namun, komentar ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap dolar AS maupun harga emas.

Dari sisi agenda ekonomi, data Klaim Tunjangan Pengangguran AS dan Indeks Manufaktur The Fed Philadelphia yang akan dirilis hari ini dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan USD dan pasangan XAU/USD.

Selain itu, pasar juga akan memperhatikan rilis data IMP global pendahuluan, yang bisa memberikan wawasan lebih lanjut mengenai kesehatan ekonomi global dan potensi dampaknya terhadap permintaan emas.

Secara keseluruhan, emas masih berada dalam tren bullish yang kuat, dengan potensi kenaikan lebih lanjut jika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terus meningkat. Namun, investor juga perlu mewaspadai potensi koreksi jika terdapat sentimen positif dari kebijakan moneter The Fed atau data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)