Menkeu Sri Mulyani bersama Ketua DPR RI Puan Maharani pada pada Rapat Paripurna DPR RI. Foto: Kemenkeu.
Husen Miftahudin • 21 September 2023 18:37
Jakarta: Pemerintah dan Anggota DPR RI memiliki kesepahaman APBN 2024 tetap harus menjadi instrumen kebijakan yang dapat diandalkan menghadapi gejolak ekonomi dan geopolitik serta mendukung agenda pembangunan termasuk pelaksanaan Pemilu serentak pada 2024.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan Pendapat Akhir Pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024, pada Rapat Paripurna DPR RI.
Sri Mulyani mengungkapkan, kondisi ekonomi Indonesia dan global masih menghadapi tantangan, seperti inflasi dan perang Rusia-Ukraina. Tantangan-tantangan ini dapat berdampak negatif pada perekonomian Indonesia, sehingga perlu diantisipasi oleh pemerintah melalui kebijakan APBN 2024 yang tepat.
"Kami menyampaikan gambaran gejolak ekonomi dan dinamika global saat ini tidak untuk membuat kita khawatir atau pesimis, namun untuk memberikan pemahaman konteks pelaksanaan dan tantangan dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2024 dimana APBN selalu diharapkan menjadi instrumen utama dan diandalkan dalam mengelola berbagai potensi gejolak," jelas Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Kamis, 21 September 2023.
Menkeu melanjutkan APBN harus selalu dijaga agar tetap menjadi instrumen yang sehat dan sustainable. Menurut dia, hal ini karena agenda pembangunan Indonesia masih sangat banyak. Selain itu, APBN juga diharapkan menjadi alat untuk fundamental perekonomian Indonesia melalui transformasi ekonomi yang berkelanjutan.
"2024 adalah tahun terakhir masa bakti pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, maka APBN 2024 memiliki peran yang penting untuk menuntaskan program strategis dan memberikan fondasi yang kuat serta sustainable bagi transformasi pemerintah maupun ekonomi secara berkelanjutan," lanjut Sri Mulyani.
Rincian asumsi dasar makro
Pemerintah dengan DPR RI menyepakati asumsi dasar makro pada APBN 2024:
1. Pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,2 persen.
2. Inflasi terkendali sebesar 2,8 persen.
3. Nilai tukar rupiah sebesar Rp15 ribu per USD.
4. Suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,7 persen.
5. ICP disepakati sebesar USD82 per barel.
6. Lifting minyak disepakati sebesar 635 ribu barel per hari.
7. Lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.
Sri Mulyani melanjutkan, untuk pendapatan negara di 2024 direncanakan sebesar Rp2.802,3 triliun, bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp2.309,9 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp492 triliun.
"Optimalisasi pendapatan negara dilakukan dengan tetap menjaga keberlanjutan dunia usaha dan daya beli masyarakat dan aspek keadilan," tegas dia.
Sementara itu, belanja negara dalam
APBN 2024 direncanakan sebesar Rp3.325,1 triliun, yang dialokasikan melalui Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp2.467,5 triliun serta Transfer ke Daerah sebesar Rp857,6 triliun.
"Defisit APBN Tahun Anggaran 2024 ditetapkan dan disetujui oleh DPR sebesar 2,29 persen PDB atau secara nominal Rp522,8 triliun. Pemerintah terus akan melakukan pengelolaan utang secara hati-hati dalam menghadapi gejolak dan dinamika global higher for longer dari interest rate global," beber Menkeu.
Baca juga: Agustus 2023, APBN Surplus Rp147,2 Triliun
Pembiayaan investasi ditargetkan Rp176,2 triliun
Selain itu, pembiayaan investasi pada 2024 ditargetkan sebesar Rp176,2 triliun dilaksanakan secara selektif dan intensif, termasuk dalam pemberian PMN kepada BUMN dan BLU dengan tata kelola yang baik untuk mampu menjalankan bisnis dan layanan secara efisien dan produktif.
Menyadari dinamika global yang masih berlangsung, ucap Sri Mulyani, dukungan DPR RI kepada pemerintah sangat penting dalam menjalankan APBN 2024.
Menkeu menekankan, pemerintah akan senantiasa berkomitmen menjaga kredibilitas dan kesehatan APBN 2024 sehingga tetap efektif sebagai instrumen kebijakan dan pembangunan.
"APBN 2024 berperan strategis dalam transisi pemerintahan baru. Semoga proses regenerasi kepemimpinan baik di level nasional maupun daerah dapat terus berjalan dengan lancar, kondusif, melahirkan kepemimpinan amanah dan memberikan kepercayaan untuk meneruskan Indonesia mencapai cita-cita besar Indonesia Emas 2045," tutup Sri Mulyani.