Direktur Utama BEI Iman Rachman. MI/Insi Nantika Jelita
Insi Nantika Jelita • 11 August 2025 16:35
Jakarta: Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor tertinggi kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025, melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya. Pencapaian ini memperkuat posisi Indonesia di peringkat ke-17 dunia dalam nilai kapitalisasi pasar, serta peringkat kedua di ASEAN untuk jumlah perusahaan tercatat.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menargetkan nilai kapitalisasi pasar Indonesia pada 2029–2030 dapat mencapai Rp20 ribu triliun atau setara 10 persen dari total kapitalisasi pasar bursa global.
“Posisi kita saat ini berada di peringkat ke-17 dunia. Target BEI adalah mencapai porsi 10 persen dari bursa global,” ujarnya dalam Konferensi Pers HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 11 Agustus 2025.
Iman menyampaikan rekor tertinggi kapitalisasi pasar yang tercatat pada September 2024 sebesar Rp13.390 triliun telah terlampaui pada Juli 2025.
“Kami berharap rekor ini terus terpecahkan seiring membaiknya kinerja perusahaan, kondisi domestik positif, dan dukungan global, meski tantangan ekonomi dunia cukup berat,” lanjutnya.
(Ilustrasi. MI/Usman Iskandar)
Peran pasar modal bagi perekonomian
Sejak diaktifkan kembali 48 tahun lalu, pasar modal Indonesia memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hingga 8 Agustus 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 6,41 persen (
year-to-date) ke level 7.533,385. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp13,56 triliun, dengan volume 22 miliar lembar saham dan frekuensi 1,29 juta kali per hari.
Menariknya, ungkap Iman, jika dikonversi ke dolar AS, RNTH Indonesia menempati peringkat ke-11 di dunia, berada di bawah Thailand untuk kategori saham.
Sementara itu, pada instrumen lain seperti obligasi atau surat utang (debt securities), rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp6,1 triliun (
year-to-date), melonjak 493 persen dibandingkan tahun 2024 yang sebesar Rp1,03 triliun.
Kinerja perdagangan derivatif juga mencetak rekor tertinggi sejak diluncurkan, dengan volume 8.573 kontrak pada 8 Agustus 2025, naik 369 persen dibandingkan akhir 2024. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan minat investor dan efektivitas pengembangan instrumen derivatif di BEI.
Sepanjang 2025 hingga awal Agustus, BEI mencatat 22 pencatatan saham baru, 116 emisi obligasi, 2 exchange-traded fund (ETF) baru, serta 288 seri structured warrant. Dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana (IPO) mencapai Rp10,39 triliun, dengan 6 calon emiten (pipeline) yang masih dalam proses. Saat ini baru ada 954 perusahaan yang IPO di BEI. Target 1.200 emiten akan dikejar dalam 5 tahun ke depan.
Iman menambahkan masih ada enam calon emiten dalam pipeline pencatatan saham BEI hingga akhir 2025. Dua di antaranya perusahaan lighthouse atau dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan porsi saham publik (
free float) minimal 15 persen, berpotensi melantai di bursa pada 2025
Keenam perusahaan itu terdiri dari dua perusahaan sektor bahan baku (basic material), satu sektor transportasi dan logistik, dua sektor industri, dan satu sektor jasa keuangan.