Israel Umumkan Operasi Darat, Keluarkan Peringatan Terakhir ke Warga Gaza

Israel umumkan mulai operasi darat. Foto: Anadolu

Israel Umumkan Operasi Darat, Keluarkan Peringatan Terakhir ke Warga Gaza

Fajar Nugraha • 20 March 2025 09:42

Gaza: Israel mengumumkan operasi darat baru di Gaza pada Rabu 19 Maret 2025. Negara Yahudi itu juga mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai ‘peringatan terakhir’ kepada penduduk wilayah Palestina untuk memulangkan sandera dan menyingkirkan Hamas dari kekuasaan.

Pasukan Israel minggu ini melancarkan gelombang serangan udara paling mematikan sejak dimulainya gencatan senjata pada Januari, menewaskan ratusan orang menurut kementerian kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

“Kami memulai operasi darat yang ditargetkan di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan,” sebut pernyataan militer Israel, seperti dikutip dari AFP, Kamis 20 Maret 2025.

Ketika Israel terus melakukan pemboman baru meskipun ada seruan dari pemerintah asing untuk mempertahankan gencatan senjata, antrean panjang warga sipil yang melarikan diri memenuhi jalan-jalan Gaza pada Rabu.

Keluarga dengan anak-anak kecil melarikan diri dari Gaza utara ke daerah yang lebih jauh ke selatan, karena takut akan keselamatan mereka setelah Israel mendesak warga sipil untuk meninggalkan daerah yang digambarkannya sebagai ‘zona pertempuran’.

Fred Oola, pejabat medis senior di rumah sakit lapangan Palang Merah di Rafah mengatakan, serangan baru tersebut telah menghancurkan ketenangan relatif selama dua bulan terakhir.

"Sekarang, kami dapat merasakan kepanikan di udara dan kami dapat melihat rasa sakit dan kehancuran di wajah orang-orang yang kami bantu," katanya dalam sebuah pernyataan.

Berbicara kepada "penduduk Gaza" -,yang diperintah oleh Hamas sejak 2007,- Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa "ini adalah peringatan terakhir".

"Ikuti saran presiden Amerika Serikat. Kembalikan para sandera dan singkirkan Hamas, dan pilihan lain akan terbuka untuk Anda - termasuk kemungkinan untuk pergi ke tempat lain di dunia bagi mereka yang menginginkannya,” imbuh Katz.

Ia merujuk pada peringatan awal bulan ini oleh Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan: "Kepada Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menyandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI!"

Dari 251 sandera yang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, 58 masih ditahan oleh militan Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.

Kebuntuan

Sejauh ini, Hamas belum menanggapi serangan tersebut secara militer, dan seorang pejabat dari kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka terbuka untuk melakukan pembicaraan guna mengembalikan gencatan senjata ke jalurnya.

Namun, ia menolak tuntutan Israel untuk merundingkan kembali kesepakatan tiga tahap yang disepakati dengan mediator Mesir, Qatar, dan AS.

"Hamas belum menutup pintu untuk negosiasi tetapi kami bersikeras tidak perlu ada perjanjian baru," kata Taher al-Nunu kepada AFP, menuntut Israel 'memulai negosiasi tahap kedua'.

Pembicaraan telah terhenti mengenai cara melanjutkan gencatan senjata, yang tahap pertamanya berakhir pada awal Maret. Israel dan AS telah berupaya mengubah ketentuan kesepakatan dengan memperpanjang tahap pertama - sikap yang ditolak oleh Hamas.

Hal itu akan menunda dimulainya fase kedua, yang dimaksudkan untuk menetapkan gencatan senjata yang langgeng dan penarikan pasukan Israel dari Gaza sementara para sandera yang tersisa dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.

"Beralih ke fase kedua tampaknya bukan pilihan bagi Israel," kata Ghassan Khatib, seorang analis politik dan mantan menteri Otoritas Palestina.

"Mereka tidak menyukai fase kedua karena melibatkan penghentian perang tanpa harus mencapai tujuan mereka untuk mengakhiri Hamas,” pungkas Khatib.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)