Presiden Tiongkok Xi Jinping. (Anadolu Agency)
Kuala Lumpur: Presiden Tiongkok Xi Jinping tiba di Malaysia pada Selasa malam dalam rangkaian lawatan Asia Tenggara yang bertujuan memperkuat hubungan perdagangan dan diplomatik di tengah ketegangan global akibat kebijakan tarif Amerika Serikat.
Mengutip dari Al Jazeera, Rabu, 16 April 2025, kunjungan ini merupakan yang pertama sejak 2013 dan bagian dari tur ke tiga negara Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.
Setibanya di Kuala Lumpur, Xi menyatakan pentingnya memperdalam “kerja sama strategis tingkat tinggi” antara Tiongkok dan Malaysia demi perdamaian dan kemakmuran kawasan. Sebelumnya di Hanoi, Xi menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama perdagangan yang mencakup bidang kercedasan buatan hingga transportasi.
Tanggapan ASEAN terhadap ketegangan dagang
Lawatan Xi dinilai sebagai upaya Tiongkok menunjukkan diri sebagai mitra dagang yang lebih dapat diandalkan dibanding Amerika Serikat, khususnya di tengah ketidakpuasan negara-negara ASEAN terhadap kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump. Malaysia sendiri dikenai tarif impor sebesar 24 persen, sementara pejabat setempat membantah tuduhan AS mengenai tarif balasan sebesar 47 persen.
Xi dijadwalkan bertemu dengan Raja Malaysia Sultan Ibrahim dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, serta menghadiri jamuan kenegaraan.
Menurut James Chin dari University of Tasmania, kunjungan ini mencerminkan dorongan Tiongkok untuk memimpin tatanan perdagangan alternatif melalui kerangka seperti BRICS dan RCEP yang tidak melibatkan dominasi dolar AS.
Malaysia dalam fokus strategi ekonomi China
Malaysia dianggap sebagai mitra kunci dalam strategi perdagangan Tiongkok di Asia Tenggara. Dengan populasi sekitar 32 juta dan basis teknologi yang berkembang, perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$212 miliar atau sekitar Rp3.392 kuadraliun pada 2024. Tiongkok juga menjadi mitra dagang terbesar Malaysia sejak 2009.
Menurut analis Alfred Muluan Wu dan Willy Wo-Lap Lam, Beijing memandang Malaysia sebagai wilayah pengaruh tradisionalnya dan bagian dari strategi “China Plus One”. Dalam strategi ini, perusahaan Tiongkok mendirikan fasilitas produksi di luar negeri, termasuk Malaysia, untuk memperluas pengaruh serta mendiversifikasi rantai pasok.
Pesan politik dan perhitungan geopolitik
Selain ekonomi, kunjungan ini juga membawa pesan politik tersirat. Ei Sun Oh dari Pacific Research Center of Malaysia menyebut bahwa Beijing mendorong Kuala Lumpur untuk lebih bersandar ke Tiongkok dan menjauh dari poros Amerika Serikat, terutama dalam isu-isu luar seperti konflik Timur Tengah dan dukungan terhadap Palestina.
Mantan duta besar Malaysia untuk AS, Mohamed Nazri Abdul Aziz, menegaskan bahwa kedekatan dengan Tiongkok bersifat pragmatis.
“Jika kita lebih dekat ke Tiongkok, itu karena kita menghasilkan uang dengan mereka,” ujarnya. Ia menilai hubungan dengan China selama ini berjalan lancar dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
PM Malaysia Sambut Langsung Kedatangan Xi Jinping