Warga Palestina beraktivitas di tengah kehancuran Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 19 October 2025 18:29
Berlin: Pemerintah Jerman akan mengirim tiga personel militer untuk mendukung pemantauan gencatan senjata di Gaza melalui pusat koordinasi yang dipimpin Amerika Serikat di Israel, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Jerman, Sabtu, 18 Oktober.
“Pemerintah Jerman mendukung rencana 20 poin dan proses perdamaian untuk Gaza dengan membantu menstabilkan gencatan senjata serta melaksanakan langkah-langkah yang telah disepakati,” ujar kementerian tersebut dalam pernyataannya.
Untuk tahap awal, Bundeswehr akan menugaskan dua perwira staf dan seorang brigadir jenderal dari Komando Operasional mulai pekan depan. Mereka akan bertugas dengan seragam tetapi tanpa senjata di Civil Military Coordination Centre (CMCC) di wilayah selatan Israel.
Dikutip dari Middle East Monitor, Minggu, 19 Oktober 2025, pusat koordinasi yang dipimpin AS itu memiliki tanggung jawab memantau gencatan senjata di Gaza, membersihkan puing-puing perang, serta mengoordinasikan bantuan kemanusiaan. CMCC juga akan mengawasi integrasi, pelatihan, dan dukungan logistik bagi pasukan penjaga perdamaian multinasional yang direncanakan.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa CMCC telah mulai beroperasi dengan sekitar 200 tentara Amerika dan dipimpin oleh seorang jenderal bintang tiga AS. Penugasan personel Jerman ini tidak memerlukan persetujuan parlemen karena tidak melibatkan operasi bersenjata.
Langkah ini mengikuti komitmen Kanselir Jerman Friedrich Merz yang sebelumnya menyatakan dukungan politik, finansial, dan teknis yang kuat terhadap rencana gencatan senjata di Gaza, meski tanpa mengirim pasukan ke Pasukan Stabilisasi Internasional yang direncanakan.
Negara-negara besar dunia dan sejumlah pihak regional telah menyetujui Rencana Gencatan Senjata 20 Poin yang digagas Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan puncak di Sharm el-Sheikh, Mesir, pekan lalu. Implementasi rencana tersebut kini sedang berlangsung meski masih terjadi beberapa pelanggaran oleh tentara Israel.
Pada fase pertama, Hamas membebaskan 20 tawanan Israel, sementara Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina. Pasukan Israel juga mulai mundur dari wilayah padat penduduk, dan bantuan kemanusiaan mulai masuk ke Jalur Gaza.
Fase-fase berikutnya dari rencana itu mencakup demiliterisasi Hamas, pembentukan mekanisme pemerintahan teknokrat sementara, serta penempatan Pasukan Stabilisasi Internasional untuk memastikan keamanan perbatasan.
Selama dua tahun terakhir, militer Israel melancarkan perang di Gaza yang menewaskan hampir 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai sekitar 170.000 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Bulan lalu, komisi penyelidikan independen PBB menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida di Jalur Gaza. Blokade terhadap bantuan kemanusiaan juga telah menyebabkan kelaparan yang menewaskan ratusan warga Palestina dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Palestina Minta UE Ikut Pantau Implementasi Gencatan Senjata di Gaza