Kapal induk Amerika Serikat, USS Gerald R Ford. (EPA-EFE)
Muhammad Reyhansyah • 12 November 2025 10:48
Caracas: Kelompok kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) tiba di perairan Amerika Latin pada Selasa, 11 November 2025, meningkatkan ketegangan militer yang oleh Venezuela disebut dapat memicu perang terbuka. Pemerintah Caracas merespons dengan mengumumkan pengerahan pasukan besar-besaran di seluruh negeri.
Kapal induk USS Gerald R. Ford, kapal perang terbesar di dunia, memasuki wilayah tanggung jawab Komando Selatan Angkatan Laut AS yang mencakup Amerika Latin dan Karibia. Pentagon menyebut langkah ini bertujuan memperkuat operasi pemberantasan narkotika di kawasan tersebut.
“Keberadaan kapal ini akan meningkatkan kemampuan AS untuk mendeteksi, memantau, dan menghentikan aktivitas ilegal yang mengancam keamanan dan kemakmuran wilayah Barat,” kata juru bicara Pentagon Sean Parnell, seperti dikutip India Today, Rabu, 12 November, 2025.
Pemerintahan Presiden Donald Trump tengah melaksanakan operasi militer di Karibia dan Pasifik timur, termasuk pengerahan jet tempur F-35 ke Puerto Riko dan enam kapal perang di Karibia. Caracas menilai langkah itu sebagai upaya terselubung untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, yang dua kali terpilih kembali namun hasilnya tidak diakui Washington.
Maduro menuduh pemerintahan Trump “menciptakan perang,” sementara Trump mengatakan pada 2 November bahwa ia tidak berencana berperang dengan Venezuela, tetapi menegaskan “hari-hari Maduro sudah terhitung.”
Sejak awal September, pasukan AS telah melakukan serangan terhadap sedikitnya 20 kapal di perairan internasional di kawasan tersebut, menewaskan sekitar 76 orang. Pemerintah AS menyebut aksi itu sebagai bagian dari “konflik bersenjata” melawan kartel narkotika Amerika Latin yang dikategorikan sebagai kelompok teroris.
Namun Washington belum memberikan bukti bahwa kapal-kapal itu digunakan untuk penyelundupan narkoba. Sejumlah pakar HAM menilai serangan tersebut sebagai pembunuhan di luar hukum, bahkan jika sasarannya adalah pengedar narkoba.
Sebagai tanggapan, Kementerian Pertahanan Venezuela mengumumkan pengerahan darat, laut, udara, sungai, rudal, dan milisi sipil secara nasional untuk menghadapi “ancaman imperialis.” Media pemerintah menyiarkan pidato para petinggi militer di beberapa negara bagian, meski belum terlihat pergerakan pasukan secara besar-besaran.
Para pengamat menilai Venezuela berada pada posisi lemah jika terjadi konfrontasi militer, mengingat kedisiplinan pasukan yang rendah dan peralatan yang usang.
Rusia, sekutu utama Venezuela, mengecam keras serangan AS terhadap kapal berbendera Venezuela dan menyebut tindakan tersebut “tidak dapat diterima.”
“Inilah cara negara yang bertindak di luar hukum dan merasa berada di atas hukum,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, menuding Washington menggunakan “dalih perang melawan narkoba.”
Maduro sangat bergantung pada dukungan politik dan ekonomi Moskow. Hubungan AS dan Rusia pun memburuk dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya ketegangan terkait perang di Ukraina.
Sementara itu, pemerintah Inggris menolak berkomentar mengenai laporan CNN yang menyebut London telah menghentikan kerja sama intelijen dengan AS mengenai kapal penyelundup narkoba di Karibia.
Juru bicara Perdana Menteri Keir Starmer mengatakan bahwa Inggris tetap menganggap AS sebagai mitra terdekat dalam pertahanan dan keamanan, namun “keputusan terkait operasi tersebut adalah urusan Amerika Serikat.”
Baca juga: Trump Sinyalkan Masa Jabatan Presiden Venezuela Akan Berakhir