Pembajakan di Selat Malaka dan Singapura Melonjak 4 Kali Lipat di Awal 2025

Dalam enam bulan pertama 2025, tercatat 80 insiden di Selat Malaka, naik drastis dibanding 21 insiden pada periode yang sama tahun lalu.. (ST PHOTO: KUA CHEE SIONG)

Pembajakan di Selat Malaka dan Singapura Melonjak 4 Kali Lipat di Awal 2025

Willy Haryono • 26 August 2025 21:11

Singapura: Insiden pembajakan dan perampokan bersenjata di perairan strategis Selat Malaka dan Selat Singapura melonjak hampir empat kali lipat sepanjang paruh pertama 2025, menurut data Pusat Berbagi Informasi (ISC) ReCAAP.

Dalam enam bulan pertama 2025, tercatat 80 insiden di Selat Malaka, naik drastis dibanding 21 insiden pada periode yang sama tahun lalu. Selat Malaka yang terletak di antara Singapura, Malaysia, dan Indonesia, merupakan jalur maritim krusial yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik melalui Laut Cina Selatan.

“Sebagian besar insiden terjadi di Selat Philip, kawasan sempit di Selat Singapura tempat kapal harus memperlambat laju,” ujar Direktur Eksekutif ISC ReCAAP, Vijay Chafekar, dikutip dari The Straits Times.

Ia menambahkan, sebagian besar pencurian bersifat oportunistik dan tidak menimbulkan luka pada awak kapal.

Meski meningkat tajam, tidak ada insiden yang dikategorikan sebagai kategori 1, atau jenis paling serius yang melibatkan senjata api atau penyanderaan. Sekitar 90 persen insiden tidak mengakibatkan cedera. Dari tujuh kasus yang melibatkan pisau atau senjata replika, hanya satu awak kapal yang mengalami luka ringan.

Data ReCAAP mencatat kapal pengangkut curah paling sering menjadi sasaran (52 persen), diikuti kapal tanker (24 persen) dan kapal kontainer (11 persen).

Sejumlah analis menilai lonjakan ini terkait meningkatnya lalu lintas laut akibat kapal-kapal yang menghindari Laut Merah, yang terganggu oleh serangan pemberontak Houthi Yaman. “Pelaku insiden 2025 kebanyakan kelompok kriminal kecil dari pulau-pulau terpencil di Indonesia, seperti Kepulauan Riau dan Cula,” kata Daniel Ng dari Asosiasi Pemilik Kapal Asia (ASA).

Ng menjelaskan, para pelaku biasanya menggunakan sampan pada malam hari, lalu memanjat kapal dengan tongkat berkait. Mereka juga memanfaatkan data Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) untuk mencari celah keamanan.

“Faktor ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan mendorong mereka, sekaligus membuat mereka semakin terampil melanggar sistem keamanan,” tambahnya.

Organisasi Maritim Internasional (IMO) menyebut peningkatan ini “mengkhawatirkan” dan menyerukan agar setiap kapal menerapkan praktik manajemen terbaik serta segera melaporkan insiden kepada otoritas berwenang. (Muhammad Fauzan)

Baca juga:  Polda Kepri Lumpuhkan Aksi Perampok Kapal Asing di Selat Malaka

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)