Apa Itu Smart Contract dalam Crypto? Inovasi yang Mengubah Transaksi Menjadi Digital

Ilustrasi smart contract. Foto: spiceworks-com

Apa Itu Smart Contract dalam Crypto? Inovasi yang Mengubah Transaksi Menjadi Digital

Husen Miftahudin • 9 September 2025 16:05

Jakarta: Smart contract atau kontrak pintar merupakan salah satu inovasi terpenting dalam teknologi blockchain dan aset kripto. Kontrak ini berbentuk digital dan berjalan otomatis tanpa perantara, sehingga memungkinkan transaksi yang aman, transparan, dan efisien.

Berdasarkan analisis Kaspersky dan Indodaxsmart contract dijelaskan sebagai protokol komputer yang tersimpan di blockchain dan menjalankan perintah otomatis ketika kondisi tertentu terpenuhi.

Tidak seperti kontrak tradisional, smart contract menggunakan kode pemrograman dengan logika 'jika...maka'. Sebagai contoh, jika pembeli mentransfer 1 ETH kepada penjual, maka kepemilikan aset digital seperti NFT otomatis beralih kepada pembeli.

Cara kerja kontrak pintar ini diawali dengan pembuatan kontrak melalui kesepakatan pihak terkait yang dituangkan dalam kode pemrograman. Selanjutnya, kode tersebut disimpan dalam blockchain dan didistribusikan ke seluruh node jaringan. Saat kondisi terpenuhi, kontrak langsung dieksekusi tanpa campur tangan pihak ketiga.
 
Baca juga: Adopsi Blockchain, Japan Post Bank Bakal Rilis Yen Digital Tahun Depan


(Ilustrasi smart contract. Foto: dok Pluang)
 

Keunggulan dan risiko


Keunggulan smart contract terletak pada efisiensi karena prosesnya otomatis, sehingga menghemat waktu dan biaya administrasi. Kontrak ini juga menjamin keamanan karena data bersifat terenkripsi dan tidak dapat diubah, transparansi karena semua pihak bisa melacak transaksi, serta penghematan biaya karena tidak memerlukan notaris, bank, atau perantara lain.

Implementasi di dunia nyata meliputi sektor keuangan seperti pembayaran otomatis, pinjaman, dan asuransi; bidang kesehatan untuk berbagi data pasien secara aman; pemerintahan dengan sistem pemilihan suara anti-kecurangan, serta rantai pasok untuk melacak produk dari produsen hingga konsumen.

Meski menjanjikan, smart contract memiliki risiko seperti kesalahan pemrograman yang bisa dieksploitasi peretas, ketidakpastian hukum karena status legalnya belum jelas di banyak negara, serta kompleksitas yang membutuhkan pengembang berpengalaman dan pemeliharaan berkala.

Untuk membuat smart contract, dapat digunakan platform seperti Ethereum atau NEO dengan menulis kode melalui bahasa pemrograman khusus seperti Solidity, lalu mengunggahnya ke blockchain menggunakan dompet digital seperti MetaMask.

Dengan adopsi yang terus meningkat, smart contract diprediksi akan berperan besar di masa depan, termasuk dalam sektor NFT dan metaverse yang menjamin kepemilikan aset digital, keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang memungkinkan pinjaman dan perdagangan tanpa bank, serta Internet of Things (IoT) untuk otomatisasi perangkat rumah pintar.

Smart contract bukan sekadar tren, melainkan fondasi masa depan transaksi digital. Pemahaman yang baik mengenai cara kerjanya akan membantu masyarakat memanfaatkan peluang di era ekonomi terdesentralisasi. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)