Investor Pindahkan Investasi dari AS ke Eropa dan Jepang Imbas Tarif Trump

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Investor Pindahkan Investasi dari AS ke Eropa dan Jepang Imbas Tarif Trump

Husen Miftahudin • 11 May 2025 10:53

Jakarta: Para ahli di Bank of Amerika (BofA) memperkirakan banyak arus modal yang akan keluar dari Amerika Serikat (AS) menuju Eropa dan Jepang.

Saham di Wall Street dan di tempat lain mengalami gejolak dalam beberapa minggu terakhir, seiring Presiden AS Donald Trump memberlakukan beberapa tarif, menunda tarif lainnya, dan meningkatkan bea masuk atas barang-barang Tiongkok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mengutip Investing.com, Minggu, 11 Mei 2025, para ahli strategi di BofA memberikan gambaran tentang ke mana sebagian modal yang keluar dari AS mungkin mengalir. Menurut analisis data mereka, saham AS mengalami arus keluar sebesar USD8,9 miliar dalam minggu yang berakhir pada 30 April.

Untuk setiap USD100 arus masuk ke saham AS sejak Pemilihan Presiden 2024, telah terjadi arus keluar sebesar USD5 selama tiga minggu terakhir, kata para ahli strategi bank investasi tersebut dalam catatan kepada klien. Pada saat yang sama, saham Eropa mengalami arus masuk sebesar USD3,4 miliar, menurut bank Wall Street tersebut.

Sementara itu, saham Jepang mencatat arus masuk sebesar USD4,4 miliar dalam minggu yang berakhir pada 30 April, arus masuk mingguan terbesar sejak April 2024.
 

Baca juga: Kebijakan Tarif Trump Bikin AS 'Dikepung' Resesi


(Ilustrasi pelemahan ekonomi AS. Foto: NDTV)
 

Kripto dan obligasi justru panen investor


Sebagai tanda para investor sedang berada dalam suasana mengambil risiko, BofA menyatakan mata uang kripto dan obligasi hasil tinggi masing-masing mengalami arus masuk sebesar USD2,3 miliar dan USD3,9 miliar dalam seminggu terakhir.

Emas dan obligasi Pemerintah AS secara kolektif mengalami arus keluar sebesar USD6 miliar. BofA juga mengungkapkan para klien privatnya, yang secara kolektif memiliki aset senilai USD3,7 triliun, mulai lebih mengkhawatirkan deflasi di AS dibandingkan risiko inflasi selama empat minggu terakhir.

BofA menyatakan para klien investornya membeli saham perusahaan utilitas dan ETF dividen tinggi ber-volatilitas rendah, yang biasanya dianggap sebagai aset 'pertahanan deflasi', dan menjual 'perlindungan inflasi' seperti instrumen utang, obligasi pemerintah yang dilindungi inflasi, serta ETF sektor keuangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)