Ilustrasi. Foto: Freepik.
Beijing: Sektor manufaktur Tiongkok secara tak terduga menyusut pada Mei 2025 menurut data indeks manajer pembelian swasta pada Selasa, 3 Juni 2025. Penurunan ini karena pesanan luar negeri menghadapi tekanan yang meningkat dari tarif perdagangan AS yang tinggi.
Dilansir dari Investing.com, PMI Manufaktur Caixin turun menjadi 48,3 pada bulan Mei terhadap ekspektasi 50,8, sementara turun tajam dari 50,4 yang terlihat pada bulan sebelumnya. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi, dengan angka Caixin menunjukkan penurunan untuk pertama kalinya dalam 19 bulan.
Data tersebut sebagian besar sejalan dengan angka PMI pemerintah baru-baru ini, yang menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok menyusut untuk bulan kedua berturut-turut pada Mei.
PMI Caixin berbeda dari PMI pemerintah
Survei PMI pemerintah cenderung lebih fokus pada bisnis yang lebih besar dan dikelola negara di Utara, sementara angka Caixin berfokus pada perusahaan swasta yang lebih kecil di selatan. Investor menggunakan kedua angka tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang ekonomi Tiongkok.
Data Caixin menunjukkan pesanan ekspor Tiongkok turun tajam, sementara produksi manufaktur menurun di tengah permintaan yang lebih lemah. Pesanan baru menyusut pada laju tercepatnya dalam 2,5 tahun.
Tingkat persediaan yang tinggi juga membuat produksi tetap tertekan, sementara biaya input dan biaya produksi terus menurun, menandakan deflasi berkelanjutan di sektor tersebut.
(Ilustrasi manufaktur. Foto: Dok istimewa)
Kesepakatan AS-Tiongkok cuma sementara
Sementara Tiongkok dan AS sepakat untuk menurunkan tarif perdagangan masing-masing secara signifikan pada bulan Mei. Namun tarif AS terhadap Tiongkok masih tetap pada level tertinggi dalam sejarah.
Kesepakatan Mei juga bersifat sementara. Dengan terhentinya pembicaraan AS-Tiongkok baru-baru ini menunjukkan berkurangnya ekspektasi untuk kesepakatan yang lebih permanen.
Data PMI yang lemah untuk bulan Mei mendorong kasus untuk lebih banyak langkah stimulus dari Beijing, yang belum menindaklanjuti langkah-langkahnya pada akhir tahun 2024.
Memburuknya kondisi perdagangan dengan AS diperkirakan akan mendorong lebih banyak stimulus, dengan fokus khusus pada langkah-langkah fiskal yang ditujukan untuk meningkatkan konsumsi swasta.