Warga Sudan mengungsi akibat krisis yang melanda di El-Fasher. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 21 November 2025 19:05
Sudan: Dewan pimpinan militer Sudan menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk menghentikan konflik berkepanjangan di Sudan. Pernyataan ini disampaikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kedua negara yang dinilai terus mendorong upaya penghentian kekerasan dan memfasilitasi inisiatif perdamaian.
Sikap terbaru ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesediaannya bekerja sama dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir untuk meredakan pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces.
“Kami akan bekerja dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan mitra lain di Timur Tengah untuk menghentikan kekejaman ini,” ucap Trump dalam akun media sosialnya.
Pertempuran antara militer dan Pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah berlangsung sejak April 2023 dan ditandai dengan sejumlah ofensif besar, termasuk penaklukan ibu kota Darfur Utara, el Fasher.
Serangan tersebut menewaskan ratusan orang dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi tanpa akses memadai terhadap makanan maupun layanan medis. Organisasi Migrasi Internasional melaporkan hampir 90.000 orang meninggalkan kota itu dan desa sekitarnya.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga menyerukan penghentian dukungan militer asing bagi RSF, mengingat eskalasi kekerasan yang semakin mengkhawatirkan. Sementara itu, pejabat Arab Saudi memperingatkan bahwa ketidakstabilan Sudan dapat mengancam kawasan Laut Merah dan Afrika dengan membuka peluang bagi kelompok ekstremis untuk berkembang.
Dilansir dari Africanews, Jumat 21 November 2025, perpecahan regional semakin terlihat, dengan Mesir, Turki, dan Arab Saudi mendukung Angkatan Bersenjata Sudan, sementara Uni Emirat Arab dilaporkan memasok senjata kepada RSF.
Janji Trump untuk bekerja dengan para mitra Timur Tengah disampaikan bersamaan dengan kunjungan pertama Pangeran Mohammed bin Salman ke Washington dalam tujuh tahun terakhir, yang turut membahas upaya penghentian konflik di Sudan.
(Keysa Qanita)