Proyek Infrastruktur Dinilai Mampu Dongkrak Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi. Foto: dok Metrotvnews.com

Proyek Infrastruktur Dinilai Mampu Dongkrak Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Al Abrar • 5 December 2025 08:33

Jakarta: Ekonom dari Universitas Indonesia menilai pembangunan proyek infrastruktur strategis dapat membuka ruang investasi yang lebih luas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah pergeseran pusat ekonomi global ke kawasan Asia.

Associate Director dan Head of Macro, Financial & Political Economy LPEM FEB Universitas Indonesia, Jahen Fachrul Rezki, mengatakan momentum ini dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mengambil peran sebagai katalis investasi, terutama melalui keberadaan lembaga investasi pemerintah.

“Semakin besar investasi yang masuk, maka semakin besar daya ungkit bagi perekonomian,” ujar Jahen, Jumat, 5 Desember 2025.

Ia menilai keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) menjadi faktor penting dalam membuka akses bagi investor asing untuk menanamkan modal di berbagai sektor strategis.

“Peranannya sangat besar,” kata Jahen.
 


Sejumlah investasi INA selama ini diketahui mengalir ke proyek infrastruktur nasional, seperti Jalan Tol Trans Sumatra ruas Bakauheni–Terbanggi Besar (BTB) dan Pelabuhan Internasional Belawan New Container Terminal (BNCT).

Laporan LPEM UI yang dirilis pada November 2025 menunjukkan ruas tol BTB sepanjang 141 kilometer diperkirakan memberi kontribusi hingga Rp400 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan sekitar 20 ribu lapangan kerja selama masa konsesi. Proyek ini juga memangkas waktu tempuh Bandar Lampung–Bakauheni dari lima jam menjadi dua jam, serta menghasilkan penghematan biaya logistik hingga Rp170 triliun.

Sementara itu, Pelabuhan Belawan diperkirakan menyumbang nilai tambah ekonomi sekitar Rp82 triliun selama periode konstruksi dan operasional pada 2016–2072, sekaligus menciptakan sekitar 4.400 pekerjaan setiap tahunnya.

Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, mengatakan data tersebut membuktikan investasi yang dirancang dengan tata kelola yang kuat dan selaras dengan agenda nasional dapat menghadirkan dampak jangka panjang bagi pembangunan.

“Dampaknya melampaui angka neraca keuangan karena memperkuat konektivitas, efisiensi, dan daya saing di seluruh Indonesia,” kata Ridha.

Meski demikian, Jahen menilai ruang pengembangan portofolio INA masih terbuka lebar. Ia menyarankan agar INA mulai memperluas fokus investasi pada sektor dengan efek pengganda yang tinggi.

“INA perlu masuk ke sektor kesehatan, teknologi, dan logistik karena sektor-sektor ini penting tidak hanya bagi ekonomi, tetapi juga bagi aktivitas masyarakat,” ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Al Abrar)