Ilustrasi perumahan. Foto: Kementerian PUPR
"Karena perhitungannya adalah berapa pun yang dipotong pasti mengurangi belanja, teori sederhana lah. Pengurangan belanja, konsumsi turun. Konsumsi turun, artinya growth of economy juga akan turun," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey dilansir Media Indonesia, Selasa, 4 Juni 2024.
Roy menyebut saat ini iuran Tapera perlu dikaji lebih lanjut dan tidak dibebankan ke masyarakat di momentum saat ini yang mana kondisi saat geopolitik di dunia belum selesai.
"Ini harga minyak sudah naik USD2. Dari USD83 sekarang USD85 per barel. Kalau naik terus itu berkorelasi dengan (harga) minyak kita. Karena minyak kita ini kan kilangnya di luar, jadi kita harus mengikuti (harga) minyak luar. Masih ada defisit supply chain sehingga harga bahan pokok masih fluktuasi naik," tutur dia.
BI rate masih tinggi
Beban-beban yang terjadi itu, lanjut dia, akan mengurangi daya beli masyarakat. Di sisi lain, Roy mengingatkan BI rate saat ini masih di angka yang tinggi yaitu 6,25 persen.
"Ini berpengaruh pada suku bunga pinjaman kita, KPR, cicilan motor mobil. Makanya kita bilang BI rate jangan konstan di angka itu, setiap tiga bulan dikaji lah BI Rate itu. Karena kalau BI Rate naik, bunga juga naik, karena kewajiban deposito/tabungan pasti naik. Dan itu akan mengeluarkan tambahan biaya dan mengurangi daya beli," jelas dia. (Naufal Zuhdi)