Ilustrasi: Medcom.id
Fajar Nugraha • 8 March 2024 18:22
Gaza: Perempuan Palestina dipaksa telanjang oleh tentara Israel di Gaza. Kejadian itu diungkapkan oleh Fatema Tambora menjelaskan pelanggaran dan penyiksaan yang dilakukan tentara Israel setelah ditangkap di Gaza.
Fatema Tambora tidak bisa melupakan momen penggeledahan yang dilakukan pasukan Israel di Jalur Gaza bagian utara.
“Tentara Israel memaksa saya untuk melepas pakaian dan celana dalam saya sepenuhnya,” kata seorang ibu Palestina, yang tidak menyebutkan usianya, kepada Anadolu pada Jumat 8 Maret 2024.
“Mereka melepas paksa jilbab saya, secara agresif memeriksa saya melalui perangkat elektronik, dan memasangkannya di bagian sensitif tubuh saya,” ungkap Tambora.
Tentara Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.
Pada 24 Desember, pasukan Israel menggerebek sebuah sekolah di Kota Gaza, tempat Tambora, keluarganya, dan ratusan warga Palestina mengungsi.
“Tentara memisahkan laki-laki dari perempuan dan anak-anak dan memaksa mereka melepas pakaian mereka,” kenang Tambora.
Mereka semua diperintahkan oleh tentara ke masjid terdekat di lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza untuk diselidiki.
“Tentara pertama-tama memerintahkan suami saya masuk ke masjid,” ucap perempuan Palestina itu.
“Saya kemudian dipisahkan dari anak-anak saya untuk diinterogasi oleh tentara Israel,” kenang Tambora.
Wanita Palestina itu kemudian diborgol, ditutup matanya, dan diseret ke dalam jip militer. “Saya memohon kepada tentara untuk mengetahui nasib suami dan anak-anak saya. Namun seorang tentara meneriaki saya dan memerintahkan untuk tetap diam dan hanya mengikuti perintah,” ungkap Tambora
Tambora dan tahanan lainnya dipindahkan ke penjara militer Israel. Dia mengatakan, tentara Israel sengaja membiarkan tahanan perempuan diborgol dalam waktu lama.
“Para tahanan dipukuli, disiksa, jilbab dan pakaian mereka dilepas, dan dipaksa untuk mencium bendera Israel saat diinterogasi,” kenang wanita Palestina tersebut.
Mereka ditanyai tentang Hamas, para pemimpinnya, dan faksi perlawanan Palestina lainnya.
“Setiap kali kami mengatakan kami tidak tahu apa-apa, kami dipukuli, disiksa, dan dihina dengan kata-kata tidak senonoh,” kata Tambora.
“Kami kedinginan, tapi mereka menolak memberi kami selimut. Mereka memaksa kami mengenakan pakaian yang sangat tipis tanpa pakaian dalam, dan mereka menolak mengizinkan kami mengenakan jilbab,” Tambora menjelaskan.
Setelah 11 hari, Tambora dipindahkan ke Penjara Damon dekat kota Haifa di Israel utara.
“Tahanan perempuan dipaksa oleh tentara untuk membuka pakaian mereka di depan semua orang, dan mereka memeriksa kami dengan cara yang tidak bermoral, dengan fokus pada area pribadi,” katanya.
“Mereka mengancam kami dengan hukuman lima tahun penjara jika kami menolak memberikan informasi,” kata perempuan yang berasal Gaza tersebut.
“Tentara perempuan sengaja membangunkan kami di tengah malam untuk mengganggu dan menghalangi kami tidur. Mereka tidak mengizinkan kami meninggalkan ruangan kecuali satu jam untuk menggunakan kamar mandi,” tuturnya.
Setelah 47 hari ditahan di penjara, Tambora diperintahkan dibebaskan. “Kami dipindahkan ke penjara lain di mana kami dibiarkan dalam cuaca dingin hingga tengah malam,” kata Tambora.
“Kami dipukuli dan disiksa di dalam bus oleh tentara Israel sampai mencapai persimpangan Karam Abu Salem (Kerem Shalom) di pagi hari ketika tentara melepaskan borgol dan penutup mata serta membebaskan kami,” tuturnya.
“Kami diterima oleh delegasi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di penyeberangan dan mereka memindahkan kami ke kota Rafah di selatan Jalur Gaza,” kata Tambora.
Lebih dari 30.700 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 72.000 lainnya terluka dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza di tengah kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Kelompok Palestina memperkirakan ribuan warga Palestina telah ditahan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Israel juga telah memberlakukan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong pantai tersebut, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Menurut PBB, serangan Israel ke Palestina telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.