Laju Saham Tetap Naik Tanpa Penurunan Suku Bunga The Fed

Wall Street. Foto: Unsplash.

Laju Saham Tetap Naik Tanpa Penurunan Suku Bunga The Fed

Arif Wicaksono • 11 March 2024 13:41

Jakarta: Pendiri dan co-CIO Fisher Investments Ken Fisher menuturkan laju pasar saham tak memerlukan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada 2024 agar tetap melonjak.

"Sementara pasar masih bertaruh pemotongan suku bunga yang telah lama ditunggu-tunggu akan terjadi sebelum akhir tahun, investor sebenarnya memiliki kesalahpahaman tentang bagaimana suku bunga mempengaruhi berbagai bidang perekonomian," kata Fisher, dilansir Business Insider, Senin, 11 Maret 2024.
 

baca juga:  Pasar Saham Bakal Terus Melonjak

Fisher menunjuk pada kekuatan saham pada 2023, ketika S&P 500 melonjak lebih dari 20 persen setelah mencapai titik terendah pada Oktober 2022. Sementara itu, perekonomian terus tetap tangguh, dengan PDB tumbuh sebesar 3,1 persen selama kuartal keempat. Hal ini terjadi terlepas dari penurunan suku bunga dalam perekonomian yang menunjukkan ada faktor-faktor yang lebih penting yang menggerakkan pasar.

"Anda tidak memerlukan penurunan suku bunga. Paruh belakang 2022 dan 2023 menunjukkan hal itu," tambah dia.

Dampak penurunan suku bunga

Menurut Fisher, investor kemungkinan sudah memperkirakan dampak penurunan suku bunga The Fed terhadap pasar, mengingat betapa luasnya diskusi mengenai langkah kebijakan The Fed. Menurut alat CME FedWatch, pelaku pasar bertaruh pada peluang 60 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 100 basis poin pada akhir 2024.

"(Suku bunga) tidak berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, dan lebih jauh lagi, pada pasar saham seperti yang dipikirkan banyak orang," kata dia, sambil mencatat PDB sebenarnya meningkat selama dua kuartal terakhir meskipun tingkat suku bunga dalam perekonomian lebih tinggi.

Investor dengan cemas menunggu penurunan suku bunga tinggi selama setahun terakhir. Para gubernur bank sentral menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin untuk mengendalikan inflasi, sebuah langkah yang sangat membebani saham pada 2022 dan dapat membuat perekonomian mengalami resesi secara berlebihan, demikian peringatan para ekonom.

Namun Fisher telah menempatkan dirinya di antara para peramal Wall Street yang paling bullish untuk tahun ini, dengan menyatakan pada akhir 2023, ia yakin pasar saham yang sedang naik masih memiliki ruang untuk bergerak.


Indeks S&P500 bakal melonjak

Dia meyakini S&P 500 mungkin akan mengalami kenaikan sebesar dua digit pada 2024 karena pertumbuhan yang kuat dan menurunnya inflasi menunjukkan perekonomian pada akhirnya akan terhindar dari resesi.

"Jalur yang lebih tinggi tampak begitu jelas, hanya guncangan Black Swan yang sangat besar dan mengejutkan yang dapat membalikkan reli saham," kata Fisher.

Investor tetap bersemangat terhadap pasar saham. Lebih dari 50 persen  investor mengatakan mereka merasa bullish terhadap saham untuk enam bulan ke depan, berdasarkan Survei Sentimen Investor terbaru AAII.

Sementara itu, menurut survey Yale, lebih dari 80 persen investor individu mengatakan mereka yakin Dow akan mengakhiri tahun ini dengan lebih tinggi, investor yang paling positif adalah mengenai saham sejak 2007.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)