Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, padahal kemarin sudah berani melawan kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 20 Juni 2024, rupiah hingga pukul 09.17 WIB berada di level Rp16.390 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 25 poin atau setara 0,16 persen dari Rp16.365 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penjualan ritel Amerika Serikat (AS) hampir tidak meningkat pada Mei dan data untuk bulan sebelumnya direvisi jauh lebih rendah. Ini menunjukkan aktivitas ekonomi masih lesu pada kuartal kedua.
"Pasar kini memperkirakan kemungkinan sebesar 67 persen The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September, menurut alat CME FedWatch, dengan perkiraan penurunan sebesar hampir 50 basis poin untuk sisa tahun ini," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Sementara itu, inflasi Inggris kembali ke target Bank of England sebesar dua persen pada Mei untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. Penurunan inflasi harga konsumen tahunan dari angka 2,3 persen di April sejalan dengan ekspektasi median para ekonom dan menandai penurunan tajam dari angka tertinggi dalam 41 tahun sebesar 11,1 persen yang dicapai pada Oktober 2022.
"Pasar memperkirakan peluang sekitar 50 persen penurunan suku bunga pertama pada Agustus dan hampir setengah poin persentase pelonggaran moneter pada 2024. Di sisi lain, BoE bertemu pada Kamis untuk membahas kebijakan suku bunga, namun diperkirakan tidak akan melakukan perubahan apa pun," jelas dia.
Indonesia cetak surplus perdagangan lagi
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencetak surplus USD2,93 miliar, atau naik USD0,21 miliar secara bulanan.
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan RI mencapai USD13,06 miliar, tercatat surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus pada Mei 2024 ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan bulan yg sama tahun lalu
Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar USD4,26 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewani nabati HS 15, besi dan baja HS 72. Surplus neraca perdagangan nonmigas Mei 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu namun lebih tinggi dibandingkan dengan Mei 2023.
Pada saat yg sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,33 miliar dengan komoditas penyumbang utama yaitu hasil minyak dan miyak mentah. Defisit
neraca perdagangan komoditas Mei 2024 lebih rendah dari bulan lalu dan bulan yang sama tahun sebelumnya. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 menjadi USD19,65 miliar, naik 13,82 persen dibandingkan April 2024 (month-to-month/mtm).
Peningkatan kinerja ekspor pada Mei 2024 didorong peningkatan ekspor nonmigas, terutama komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya sebesar 26,66 persen dengan andil 1,34 persen, bijih logam terak dan abu sebesar 25,96 persen dengan andil 1,09 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 26,8 persen dengan andil 1,0 persen.
Sementara itu, total nilai impor Indonesia pada Mei 2024 mencapai USD19,40 miliar, naik sebesar 14,82 persen jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Nilai impor migas mengalami penurunan pada Mei 2024 sebesar 7,91 persen secara bulanan (mtm) menjadi USD2,75 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 19,7 persen (mtm) menjadi USD16,65 miliar.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat kembali.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.320 per USD hingga Rp16.390 per USD," tutup Ibrahim.