Presiden Prabowo Subianto menerima Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba sebagai tamu negara pertama di tahun 2025. Kedua pemimpin negara tersebut membahas berbagai isu strategis kawasan dan geopolitik dunia.
Perdana Menteri Ishiba diterima Presiden di Istana Bogor melalui serangkaian acara kenegaraan pada Sabtu, 11 Januari 2025, pagi kemarin. Dalam pembahasan di antara keduanya, sejumlah kerja sama diulas seperti kerjasama ekonomi maritim, infrastruktur, hilirisasi, hingga swasembada pangan.
Selain kerja sama strategis bilateral
Presiden Prabowo dan PM Ishiba juga menegaskan pentingnya menjaga stabilitas kawasan indopasifik di tengah dinamika geopolitik global.
"Ini adalah mencerminkan komitmen yang kuat dari kedua pihak untuk mempererat hubungan antara kedua negara dan memperkuat kemitraan strategis komprehensif Indonesia-Jepang dan juga komitmen kita untuk terus mencari bidang-bidang kerja sama yang lebih intensif," kata Presiden Prabowo Subianto dikutip dari
Headline News, Metro TV, Minggu, 12 Januari 2025.
Dalam pertemuan itu,
Pemerintah Jepang menyatakan siap berkontribusi dalam program makan bergizi gratis (MBG) yang telah dimulai di Indonesia awal pekan ini yang menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
PM Jepang Shigeru Ishiba dalam sambutannya menjelaskan bahwa Jepang akan berkontribusi dalam sejumlah program pemerintahan Prabowo Subianto.
"Yang mulia Bapak Presiden, terima kasih banyak, kita pernah bertemu di KTT APEC walau waktunya singkat. Sekarang saya merasa bahagia dapat berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan yang mulia. Saya sudah lama menjadi anggota DPR dan pernah menjabar sebagai menteri di Jepang. Saya ingin berkontribusi dan bekerja sama dengan Indonesia tentang hal-hal yang sudah disampaikan oleh yang mulia Bapak Presiden," tutur PM Jepang Shigeru Ishiba.
Perdana Menteri Ishiba menilai jepang dan Indonesia punya banyak kesamaan sebagai negara maritim dan perdagangan. Letak geografis Jepang yang berada di tengah negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok membuat Jepang perlu memperhatikan keseimbangan kebijakan diplomasi.
"Saya merasa Indonesia dan Jepang punya banyak kesamaan. Kita sama-sama negara kepulauan dan negara maritim dan juga negara perdagangan. Kami juga berada di tengah-tengah negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Maka dari itu kita perlu memperhatikan atas keseimbangan dalam kebijakan diplomasi," jelasnya.