Para buruh menggelar aksi demonstrasi atau unjuk rasa di wilayah Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu, 03 Juli 2024. Aksi ini salah satunya menolak PHK industri tekstil Indonesia.
Industri tekstil di Indonesia tidak baik-baik saja. Terlebih menyusul penutupan puluhan pabrik dan juga PHK belasan ribu pekerja, imbas dari pasar global yang lesu serta impor barang dari Tiongkok yang membanjiri pasar tekstil Indonesia.
Pengusaha tekstil Indonesia kini merasa dicueki atau tidak dipedulikan oleh pemerintah, hingga akhirnya terlanjur 'pingsan' hingga sulit untuk bangkit kembali.
Gelombang PHK industri tekstil berdampak pada (periode Januari-Juni 2024):
- Sebanyak enam pabrik tekstil tutup
- Empat pabrik tekstil lakukan PHK massal
- Lebih dari 13 ribu pekerja terdampak
- Penurunan peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan di sektor industri tekstil
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia(API), Danang Girindrawardana mengatakan, Indonesia sempat melahirkan raja-raja tekstil dan Indonesia dikenal sebagai eksportir yang unggul.
Danang juga menganggap, sejak pemerintahan SBY hingga Jokowi pemerintah cenderung mengurusi hal-hal seperti investasi sektor hulu, hilirisasi tambang hingga nikel. Padahal, serapan tenaga kerja di sektor industri tekstil sangat besar, bisa mencapai 3,5 juta orang.
Penyebab industri tekstil goyah:
- Covid-19 (Peningkatan inflasi, daya beli dan permintaan global menurun)
- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
- Banjirnya impor produk tekstil murah
- Konflik geopolitik
Langkah pemerintah:
- Pemerintah berlakukan kembali Permendag No.36 tahun 2023
- Menerapkan kebijakan Bea masuk tindakan pengamanan (Bmtp) dan Bea masuk anti-dumping (Bmad)