'Ogah' Puji Jokowi, Kampus Dituduh Partisan

7 February 2024 23:33

Selasa 6 Februari 2024, sebuah konferensi pers digelar di kampus Unika Soegijapranata Semarang. Rektor Unika Ferdinandus Hindiarto mengungkap adanya permintaan dari oknum aparat agar membuat video testimoni tentang keberhasilan kinerja Presiden Joko Widodo.

Bukannya mengiyakan Ferdinandus justru menolak. Ia menegaskan tidak pernah mau memberikan pernyataan dalam bentuk apapun untuk menilai kinerja positif Presiden Jokowi. Ferdinandus juga mengungkap sejumlah rektor dari berbagai kampus di Semarang juga diduga diminta membuat dan mengirimkan video testimoni yang berisi pujian terhadap kinerja Presiden Jokowi.

Permintaan agar para rektor memuji kinerja Presiden Jokowi ini merupakan upaya untuk membendung sejumlah kritik yang dilakukan para profesor dan civitas akademika kampus yang dimulai dari kampus Universitas Gadjah Mada, Rabu 31 Januari lalu, dan menyebar ke sejumlah perguruan tinggi lainnya.
 

Baca juga: 

Kapolrestabes Semarang Klarifikasi soal Testimoni Jokowi


Gagal menekan para rektor untuk memberi pujian pada Presiden Joko Widodo, Istana rupanya memilih melakukan serangan verbal. Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut gerakan moral daripada guru besar dari berbagai kampus di berbagai daerah adalah gerakan agitasi dan sudah diatur.

"Penciuman saya sebagai mantan ketua BEM mengerti betul barang ini. Kecuali aku ini mahasiswa kutu buku dulunya," ujar Bahlil, Selasa, 6 Februari 2024.

Namun pernyataan Bahlil itu dibantah keras oleh para profesor. Bahkan disebut bahwa pernyataan Bahlil itu diucapkan untuk menutupi kebohongan dan kecurangan.

Sementara itu Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Triyatni Martosenjoyo menegaskan bahwa sebenarnya rakyat sudah tahu tentang ketidakberesan di negeri ini. Hanya saja mereka menunggu alarm dari kampus.

"Ini sebenarnya ketika mendengar tanggapan-tanggapan dari rektor, dari pejabat-pejabat Istana, dari para menteri, itu sesungguhnya memperkeras bunyi alarm bahwa ada suara alarm yang ingin dibungkam," jelasnya.

Upaya untuk membungkam alarm demokrasi dari kampus ternyata justru mengeraskan bunyi alarm itu. Buktinya kini giliran mahasiswa yang mulai turun ke jalan untuk memprotes kekuasaan yang sewenang-wenang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)