Seberapa Ramah Lingkungan IKN?

19 December 2023 14:26

Jakarta: Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah menengok Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. PBB hendak memastikan Visi Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) berjalan di IKN Nusantara.

PBB lewat United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) menaruh perhatian besar terhadap kelestarian lingkungan di Kalimantan, khususnya di IKN Nusantara. Pembangunan IKN yang bersifat masif dan besar tentu melahirkan cemas akan buruk terhadap lingkungan.

UNESCAP mengunjungi Persemaian Mentawir dan pertanian hidroponik kerja sama Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan Balai Pelatihan Kerja (BLK) Samarinda di Sepaku. Dua lokasi itu memang bertalian dengan reforestasi di IKN dan pemberdayaan masyarakat.

Executive Director UNESCAP Armida Alisjahbana mengatakan, langkah awal IKN bagus. Sustainability (keberlanjutan) nyata di Kalimantan, tepatnya di IKN Nusantara.

"Keberlanjutan poin utama yang saya lihat. Otorita IKN melakukan reforestasi serta memberikan upskilling (pemberdayaan) kepada warga sekitar dalam menunjang mata pencaharian berkelanjutan. Langkah pertama yang bagus," kata Armida.

Tapi, usaha tak boleh berhenti pada keberlanjutan saja. SDGs harus diusahakan dan hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun ke depan. Pemerhati lingkungan sangat peduli sekaligus cemas lingkungan di Kalimantan rusak dengan kehadiran IKN.

Salah satu konsep utama dari IKN adalah forest city atau kota hutan. Pemerintah berencana membangun kota hijau dengan modal lahan 256 ribu hektare. Pemerintah mengatakan 70 persen lahan IKN adalah hutan. Artinya, hanya 30 persen atau 76.800 hektare lahan yang akan deforestasi. Hutan tropis akan ditebang dan berganti dengan gedung-gedung pemerintahan. 

Tugas Berat Rehabilitasi dan Reboisasi

Menurut laporan BPS, luas tutupan hutan di Indonesia sudah berkurang 956 ribu hektare selama periode 2017 hingga 2021. Penurunan luas hutan ini terjadi di Kalimantan, Papua dan Sumatera. Perlu diketahui, penurunan luas tutupan hutan paling banyak itu terjadi di Kalimantan.

Adanya IKN, tentu akan mengurangi luas tutupan hutan di Kalimantan. Oleh karena itu, pemerintah melalui KLHK memiliki tugas berat dalam melakukan rehabilitasi dan reboisasi. Karena tiap tahun, hutan kita terus menyusut. Sementara itu KLHK menargetkan rencana umum rehabilitasi hutan dan lahan akan mencapai 12,23 juta hektare. Langkah ini harus dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia. 

Meskipun pemerintah sudah berkomitmen untuk membangun sebuah kota hijau, tapi suara suara kritis tetap datang. "Setelah dihitung, membutuhkan waktu 88 tahun untuk bisa mentransformasi kawasan hutan IKN itu menjadi hutan kembali," kata dosen Fakultas Kehutanan Universitas UGM, Dwiko Budi Permadi. 

Dwiko mempertanyakan apakah pemerintah mampu menjaga lingkungan di Kalimantan. Karena setiap perubahan landscape hutan secara kualitas dan kuantitas, sudah pasti juga akan mengubah kualitas dari hutan di Kalimantan itu. 

Untuk menjamin keberlanjutan lingkungan, pemerintah pun berjanji untuk membangun sebuah kota yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Ini adalah konsep IKN dengan kota yang bebas emisi. Yaitu adanya sistem transportasi yang terintegrasi. Dengan demikian, penghuni IKN tidak memerlukan kendaraan pribadi, karena transportasinya dijamin nyaman dan aman. Kemudian setiap kendaraan di IKN akan berbasis energi terbarukan atau kendaraan listrik. Tidak hanya itu, adanya konsep smart living yang artinya akan menggunakan teknologi dalam setiap aspek sosial.

Meskipun saat ini PBB menilai IKN sudah menerapkan langkah awal yang baik. Namun dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang berkelanjutan, maka pemerintah harus konsisten dan berkomitmen penuh untuk memprioritaskan kepentingan lingkungan dalam pembangunannya. Pemerintah harus mampu membangun aturan bagi penghuni IKN baik itu investor dan pekerja untuk mendukung program keberlanjutan. Di sisi bersamaaan, ekosistem lingkungan di IKN juga wajib dilestarikan akan tidak memberikan dampak lingkungan yang besar. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Sofia Zakiah)