Mantan Pemain Oriental Circus Indonesia Dipaksa Berlatih Sejak Balita

20 April 2025 08:52

Kasus kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan diduga dilakukan Oriental Sirkus Indonesia (OCI) kembali mencuat. Kuasa hukum mantan pemain sirkus OCI menyebut kliennya dipaksa berlatih menjadi pemain sirkus pada usia balita dan tanpa persetujuan mereka.

Sejumlah mantan pemain OCI mendatangi kantor Kementerian HAM di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan (Jaksel) pada Selasa, 15 April 2025, lalu. Mereka antara lain tiga mantan pemain sirkus OCI yakni Ida, Vivi Nurhidayah, dan Butet.
 
Kedatangan mereka untuk audiensi dengan Wakil Menteri HAM dan mencari hak serta keadilan akibat adanya dugaan menjadi korban eksploitasi dan penyiksaan semasa bekerja di OCI. Kepada Wakil Menteri HAM Mugiyanto, sejumlah mantan pemain OCI menceritakan penderitaan mereka.
 
Salah satunya Ida. Ia menceritakan dirinya dibawa oleh Oriental Circus Indonesia sejak usia lima tahun dari orang tuanya pada tahun 1976. Ia lalu dibawa ke salah satu tempat wisata binatang di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat untuk dilatih sebagai pemain sirkus.
 

Baca: Butet Ceritakan Kisah Kelam di Balik Panggung Sirkus OCI
 
Ida menceritakan dirinya disiksa dan dipukul saat salah dalam latihan. Bahkan pada tahun 1989 saat melakukan pertunjukan akrobatik Ida terjatuh hingga akhirnya mengalami patah tulang belakang.
 
“Jadi di pertengahan pelatihan itu memang seringkali suka ada perlakuan kasar gitu. Jadi semena-mena mereka saja. Seperti dipukuli. Kalau ada salah sedikit dipukul,” kata Ida pada Selasa lalu di Kantor Kementerian HAM.

Diambil dari Orang Tua dari Usia 2 Tahun

Pada kesempatan berbeda, Butet menceritakan dirinya diambil saat usia dua tahun dan mulai dilatih pada usia tiga tahun. “Pada saat itu saya usia mungkin dua tahun. Saya dibawa entah ke mana tiba-tiba sudah ada di Jalan Balikpapan Petojo. Dan pada sekitar umur tiga atau empat tahun saya dibawa ke OCI,” kata Butet dalam Metro Hari Ini, Metro TV, Jumat, 18 April 2025.
 
“Di situ saya lihat banyak anak-anak yang lain juga sama seusia saya seusia semua pada latihan sama dengan saya diajarin dasar-dasar acrobat, gadis plastik, tanpa kemauan kita. kita dipaksakan diajar di situ. Saya melihat semakin waktu berjalan kok kekerasan saya terima. Kadang-kadang teman ditempeleng. Saya kebingungan karena saya masih kecil,” tambahnya.
 
Kasus dugaan eksploitasi disertai penyiksaan terhadap pemain sirkus Oriental Circus Indonesia atau OCI menyita perhatian publik dalam beberapa hari terakhir. Pihak Oci maupun Taman Safari Indonesia langsung membantah seluruh tuduhan yang disampaikan para mantan pemain sirkus.

Pendiri OCI: Isu Penyiksaan hanya Sekadar Sensasi

Pendiri OCI Tony Sumampau mengatakan tuduhan penyiksaan terhadap anak-anak pemain sirkus merupakan tuduhan yang tidak mendasar. Tony mengklaim jika para pemain sirkus diberlakukan layaknya keluarga dan selalu memenuhi kebutuhan mereka termasuk pendidikan dan liburan.
 
“Pendisiplinan itu dalam pelatihan pasti ada. Saya harus akui pasti ada. Cuma kalau pakai dipukul pakai besi enggak mungkinlah. Kalau nanti dia luka malah dia tidak bisa atraksi kan?” kata Tony dikutip dari Metro Pagi Primetime, Metro TV, Minggu, 20 April 2025.
 
“Penyiksaan-penyeksaan itu hanya membuat sensasi supaya yang dengar ‘wah! Serius gitu ya?’” ucapnya.
 
Namun pernyataan Tony Semampau dibantah oleh Butet. “Dia kan tidak tahu. Tapi pada saat itu memang Tony juga tidak terlalu (mengurusi) yang saya mau kenapa Frans dan Yansen itu yang selalu mukulin kami. Bukan Tony. Kenapa dia tidak muncul?” Vivi juga ada sudah ada bukti semuanya itu terserah dia mau bilang apa. Tapi kita tetap mencari keadilan. Dia harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dia,”
 
Kuasa hukum pelapor juga mengecam bantahan yang disampaikan Tony Sumampau, sebab faktanya anak-anak itu diambil untuk dipekerjakan di OCI tanpa persetujuan.
 
“Jadi mereka ini membuat argumentasi yang sungguh menyakitkan bagi para korban. Satu, bahwa penyiksaan ini sensasi. Sebanyak 60 balita yang dipisahkan dengan orang tuanya. Apakah ini bukan sebuah kekejaman? Dan itu tidak dibantah oleh Tony Sumampau. Bagaimana tidak diberikan gaji? Bagaimana anak-anak tidak diberikan pendidikan? Bagaimana anak-anak ini selama hidup ada kekerasan itu tidak dibantah,” kata kuasa hukum pelapor Muhammad Soleh.
 
“Istilah Tony Sumampau ‘itu adalah kedisiplinan,” harus dipahami oleh masyarakat, semua korban sejak balita sejak kecil tidak berkeinginan untuk menjadi pemain sirkus. Pemain sirkus ini adalah pemaksaan yang dilakukan oleh pemilik OCI yang dilakukan oleh pemilik Taman Safari,” sambungnya.
 
  

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Diva Rabiah)