12 November 2025 21:15
Jakarta: Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan, menilai kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta, bukan kriminal biasa. Meskipun kepolisan menyebutnya bukan sebagai aksi terorisme.
Tindakan yang dilakukan oleh pelaku merupakan tindakan yang mengarah pada ideologi atau narasi ekstrem. Terlebih pelaku tersebut terinspirasi oleh enam tokoh ekstremisme global.
"Tapi yang bersangkutan mengekspresikan keyakinannya, kepercayaannya, kemudian dia mengekspresikan itu dalam bentuk upaya untuk menyakiti yang lain. Itu tindakan ekstrem yang menurut saya harus dicegah. Jadi, meskipun dia tidak terlibat dalam jaringan teroris sekalipun, hal ini tetap harus kita baca sebagai peringatan sangat keras kepada kita semua,” ujarnya dikutip dari Primetime News, Metro TV, Rabu, 12 November 2025.
Kasus ini menjadi refleksi atas bahaya radikalisasi melalui internet dan media sosial, yang dapat memicu seseorang melakukan kekerasan atau teror. Internet kini menjadi wadah yang disebut sebagai "Saladbar of Radicalization", di mana seseorang dapat mengambil berbagai ideologi dari sumber yang beragam.
Oleh karena itu, dunia pendidikan dan khususnya orang tua, didorong untuk membangun bonding (ikatan) yang baik dengan anak agar anak tidak menjadikan internet, sosmet, dan game online sebagai pelarian untuk mencari identifikasi diri, yang berpotensi membawa dampak buruk.
Baca Juga :
Sebelumnya, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror mengungkap gerak-gerik dan motivasi di balik aksi ledakan yang dilakukan oleh siswa berinisial F di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 72 Jakarta pada Jumat, 7 November 2025. Terungkap, pelaku merakit bom sendiri dari tutorial internet, didorong motivasi dendam, serta terinspirasi oleh enam tokoh ekstremisme global.
Polri memaparkan kronologi gerak-gerik pelaku pada hari kejadian. Pelaku tiba di sekolah dengan membawa tas punggung merah dan tas biru yang ditenteng, pada pukul 10.30 WIB. Kemudian, pelaku menuju masjid sekolah tanpa alas kaki pada pukul 11.43 WIB, bertepatan dengan salat Jumat.
Saat itu, F membawa tas punggung merah sambil memantau situasi di dalam dan di luar masjid. Selanjutnya, F melepas baju seragamnya dan menggantinya dengan kaus putih, serta celana hitam, pada pukul 12.05 WIB. Ia kembali menuju masjid sambil menenteng senjata mainan, lalu mengarahkannya ke arah masjid sekolah.
Tidak lama setelah pelaku mengarahkan senjata mainannya, terlihat ada cahaya merah yang keluar dari dalam masjid. Diikuti ledakan dan asap putih.
Densus 88 Anti Teror Polri menyebutkan bahwa pelaku F merakit bom tersebut secara mandiri dengan merujuk pada tutorial yang diakses dari internet. Selain itu, pelaku diketahui kerap mengunjungi situs yang memuat video dan foto sadis.
(Muhammad Fauzan)