Jakarta: Ratusan anak di bawah umur turun ke jalan pada pekan lalu, bukan untuk belajar atau bermain, tetapi terlibat dalam aksi massa.
Sebagian dari mereka datang bukan karena kesadaran politik, melainkan karena ajakan media sosial, tekanan teman sebaya, dan mobilisasi pihak-pihak tertentu.
Anak di bawah umur dalam aksi massa
Sekitar 196-202 anak di bawah umur diamankan dalam aksi demonstrasi di Jakarta pada 25 Agustus 2025. Kemudian pada 28 Agustus sebanyak 794 orang ditangkap termasuk pelajar.
Pada 29 Agustus-1 September 2025 sebanyak 1.747 orang, 1.058 anak di bawah umur diamankan oleh aparat di Jawa Tengah. Sementara di Jawa Barat pada 29-31 Agustus sebanyak 147 orang ditangkap, 37 di antaranya adalah anak-anak.
Tidak hanya di tiga lokasi tersebut, penangkapan anak yang mengikuti aksi demontrasi juga terjadi di Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Banten.
Baca juga: Jumlah Korban Meninggal Dunia Dalam Aksi Demonstrasi |
Motif anak ikut demonstrasi
Sejumlah faktor pendorong anak-anak untuk ikut melakukan aksi demonstrasi di antaranya ajakan dari media sosial yang sangat masid, ikut-ikutan ajakan eman, dan mobilisasi alumni/kelompok tertentu (anarko).
Aksi anak-anak tersebut mendapatkan perhatian, karena setelah aksi beberapa daerah langsung melakukan pembinaan. Contohnya Jawa TTengah, anak-anak yang terlibat dikembalikan ke orang tua dengan syarat wajib lapor dua kali seminggu.
Sementara di Surabaya, Jawa Timur, anak-anak yang terlibat dilakukan pendampingan oleh orang tua dan pembinaah dari Pemprov.
Kerusakan akibat aksi demonstrasi
Dalam aksi massa yang terjadi, ada sejumlah kerusakan yang ditimbulkan dan mengakibatkan kerugian besar, di antaranya GEdung Grahadi dan Kantor DPRD Kota Kediri yang dibakar massa, dan Kantor DPRD Makassar, Sulawesi Selatan yang hangus tak tersisa, bahkan menimbulkan korban jiwa.
Secara keseluruhan, kerugian materiil yang ditimbulkan akibat aksi massa tersebut diperkirakan sekitar Rp900 miliar.
Sumber: Redaksi Metro TV