Candra Yuri Nuralam • 13 August 2025 12:26
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku miris dengan kasus dugaan rasuah penyelenggaraan dan pembagian kuota haji di Kementerian Agama (Kemenag). Perkara itu bertolak belakang dengan niat Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang sudah mengusahakan tambahan kuota untuk mempercepat antrean haji.
“Kalau berdasarkan niat awal, niat awal dari Pak Presiden (Jokowi) datang ke sana (Arab Saudi), meminta kuota, alasannya, niat awal dan alasannya itu untuk memperpendek waktu tunggu,” kata pelaksana tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu, 13 Agustus 2025.
Dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Jokowi berhasil mendapatkan tambahan 20 ribu kuota haji untuk mempercepat antrean. Mayoritas kuota itu harusnya diberikan ke haji reguler.
“Supaya waktu tunggunya menjadi lebih pendek, gitu ya, tetapi yang terjadi tidak demikian,” ujar Asep.
Menurut Asep, jika mengacu pada aturan yang berlaku, sebanyak 98 persen kuota tambahan harusnya untuk antrean haji reguler. Sementara itu, sebanyak delapan persen diberikan kepada jamaah haji khusus.
“Akhirnya dibagi menjadi 50 persen (untuk haji reguler), 50 persen (untuk haji khusus), gitu. Itu sudah jauh menyimpang dari niat awal, seperti itu,” ucap Asep.
Pembagian rata 50 persen itu tidak sesuai dengan niat baik Jokowi. Dalam perkara ini, antrean haji reguler dinilai KPK dirugikan karena tidak bisa mempercepat antrean ibadah ke tanah suci.
Baca juga: Jatah Kuota Haji tiap Biro Jasa Diulik KPK |