Zein Zahiratul Fauziyyah • 15 November 2025 16:48
Jakarta: Tanah longsor merupakan salah satu bencana geologi yang kerap terjadi di wilayah berkontur perbukitan dan pegunungan. Dampaknya bisa sangat merusak: mulai dari kerugian material, kerusakan ekosistem, hingga korban jiwa. Untuk mengurangi risiko, masyarakat perlu memahami bagaimana longsor terbentuk, apa saja faktor pemicunya, serta jenis-jenis longsor yang dapat muncul di suatu wilayah.
Apa yang Dimaksud dengan Tanah Longsor?
Mengutip dari laman resmi BMKG Bogor,
Tanah longsor adalah pergerakan massa tanah, batuan, maupun material campuran yang meluncur menuruni lereng akibat berkurangnya kestabilan struktur tanah. Pergerakan ini dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun perlahan, tergantung kondisi tanah, kelembapan, serta kemiringan lereng.
Bagaimana Longsor Bisa Terjadi?
Secara umum,
longsor dipicu oleh meningkatnya beban tanah dan melemahnya daya ikat antar material. Prosesnya sering diawali oleh air hujan yang meresap ke dalam tanah, menyebabkan tanah menjadi lebih berat dan jenuh air. Ketika air mencapai lapisan kedap yang berfungsi sebagai bidang gelincir, bagian atas tanah kehilangan kestabilannya dan akhirnya bergerak turun mengikuti arah lereng.
Faktor-Faktor yang Memicu Terjadinya Tanah Longsor
Ada berbagai aspek yang dapat memperbesar risiko tanah longsor. Beberapa di antaranya:
1. Curah Hujan Tinggi
Hujan deras adalah pemicu paling umum. Ketika air hujan meresap dalam jumlah besar, tanah menjadi berat, jenuh, dan mudah bergeser. Pada lereng yang tidak tertopang akar pohon, risikonya meningkat berkali lipat.
2. Kemiringan Lereng
Lereng yang terlalu terjal baik karena proses alam maupun aktivitas manusia cenderung tidak stabil. Sudut kemiringan yang ekstrem membuat gaya pendorong lebih besar daripada gaya penahan tanah.
3. Struktur Tanah yang Longgar
Tanah bertekstur gembur atau kurang padat, seperti pasir bercampur kerikil atau tanah hasil pelapukan batuan, sangat mudah kehilangan kestabilan ketika terkena air. Jenis tanah ini kerap ditemukan pada perbukitan vulkanik.
4. Kekuatan Batuan yang Lemah
Batuan sedimen, batuan endapan gunung api, serta batuan pelapukan sering kali memiliki struktur rapuh. Pada kondisi lembap, batuan tersebut dapat berubah menjadi tanah lunak yang mudah bergerak.
5. Pengelolaan Lahan yang Tidak Tepat
Kegiatan pertanian di lereng tanpa terasering, penebangan pohon secara masif, pembangunan tanpa kajian geoteknik, serta adanya genangan air di daerah miring dapat memperparah kondisi lereng.
Jenis-Jenis Longsor yang Perlu Diketahui
Tanah longsor memiliki beberapa bentuk, dan masing-masing memiliki karakteristik pergerakan yang berbeda:
Material bergerak di atas permukaan gelincir yang relatif datar.
Massa tanah bergerak pada bidang cekung, sehingga bagian atas tanah tampak turun dan bagian bawah terdorong ke depan.
Satu blok besar batuan meluncur turun secara keseluruhan pada bidang datar.
Batu-batu besar jatuh bebas dari tebing curam. Umumnya terjadi di pantai berbatu atau tebing terjal.
Gerakan tanah sangat lambat namun konsisten. Dampaknya baru terlihat ketika tiang, pohon, atau bangunan mulai miring.
- Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow)
Campuran tanah, air, dan material lain yang bergerak cepat mengikuti aliran air, sering menjadi jenis longsor paling mematikan.
Memahami penyebab dan mekanisme terjadinya
tanah longsor merupakan langkah penting untuk mitigasi bencana. Edukasi, pengelolaan lingkungan yang baik, serta pemantauan kondisi tanah dapat mengurangi dampak kerusakan dan menyelamatkan banyak nyawa.