Jakarta: Badan Gizi Nasional (BGN) memperketat pengawasan dan meningkatkan kualitas mitra penyaji program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan kepada anak sekolah dan ibu hamil di seluruh Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya pencegahan dan penekanan angka kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terkait dengan pangan.
Hingga saat ini, BGN mencatat program MBG telah menunjukkan dampak nyata dengan total 1,6 miliar porsi MBG yang telah berhasil disalurkan dan dinikmati oleh penerima manfaat di berbagai daerah.
Di satu sisi, BGN menyatakan tetap bersiaga menghadapi potensi KLB. Tercatat, lebih dari 6.000 kasus KLB telah diidentifikasi di tiga wilayah. Untuk mengatasi tantangan ini, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Tigor Pangaribuan, menekankan pentingnya peningkatan kualitas penyaji dan kepatuhan terhadap standar operasional.
“Kami mengedepankan peningkatan kualitas para mitra penyaji, kemudian juga akan menekankan kembali pentingnya penerapan standar penyajian MBG sesuai ketentuan melalui sosialisasi kebijakan sistem dan tata kelola program MBG,” ujar Tigor, dalam program
Newsline Metro TV, Sabtu, 1 November 2025.
Tigor menegaskan bahwa kunci utama dalam pengamanan mutu makanan adalah pengawasan yang ketat terhadap Standard Operating Procedure (SOP).
"Yang paling penting itu pengawasan adalah memastikan mereka melaksanakan SOP," kata Tigor Pangaribuan.
Ia menambahkan, setiap mitra wajib memastikan bahan pangan diolah dengan benar. Termasuk mematuhi waktu penyajian. Jam makan tidak boleh di bawah dari jam 12.00. Harus jam 12.00–12.30.
Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPP) menunjukkan bahwa pada September 2025, Provinsi Lampung mencatat 503 kasus KLB. Sosialisasi ini bertujuan untuk memastikan semua SOP, mulai dari SOP penanganan bahan pangan, kebersihan, pengolahan, pemakaian uang, hingga pengantaran, dilaksanakan dengan baik, demi menekan insiden pangan di masa mendatang.