Pakar kebijakan publik Agus Pambagio mengungkapkan dirinya sudah pernah mengingatkan Presiden ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi), terkait mahalnya biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh yang dinilai tidak menguntungkan.
Meski sudah menyampaikan keberatan, Jokowi tetap memutuskan melanjutkan pembangunan proyek tersebut.
“Ditanya setuju enggak kalau negara ini punya teknologi tinggi kalau mau maju. Saya bilang setuju, tetapi terlalu mahal, pak,” ujar Agus, dikutip dari Metro Pagi Primetime Metro TV, 18 Oktober 2025.
Agus menyebut
beban operasional dan biaya proyek sudah menjadi kekhawatiran sejak awal. Ia juga menyinggung perbandingan
bunga pinjaman Jepang yang hanya 0,1 persen dengan pinjaman dari Tiongkok yang kemudian berubah menjadi 2 persen.
Menurut Agus, perbedaan skema pembiayaan itu akan berpengaruh besar pada kemampuan negara dalam membayar utang dalam jangka panjang.
Luhut Minta Baca Data
Sementara itu, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN)
Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi polemik tumpukan utang dan kerugian proyek kereta cepat
Whoosh. Luhut menegaskan tidak ada permintaan penggunaan dana APBN untuk membayar utang sebesar Rp118 triliun tersebut.
Menurutnya, penyelesaian utang hanya membutuhkan proses restrukturisasi. Luhut mengaku heran dengan polemik yang mengaitkan persoalan ini dengan APBN, termasuk penolakan dari Menteri Keuangan Purbaya Yudi Sadewa terkait wacana pembayaran utang menggunakan keuangan negara.
Luhut meminta Kementerian Keuangan melihat data terlebih dahulu sebelum mengambil sikap. Ia menilai langkah pemerintah harus didasarkan pada data agar keputusan yang diambil tepat sasaran.
“Saran saya kalau kita nggak ngerti datanya enggak usah komentar dulu. Nanti cari datanya baru berkomentar,” ujar Luhut, dikutip dari Metro Pagi Primetime Metro TV, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Luhut juga menyebut pihak Tiongkok siap melanjutkan kerja sama hingga rute Surabaya jika proses restrukturisasi utang diselesaikan dengan baik.
(Aulia Rahmani Hanifa)