Memasuki hari ketiga pasca runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny, tim Basarnas terus berupaya melakukan penyelamatan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa operasi SAR dilakukan secara maksimal dengan peralatan khusus, demi mengutamakan keselamatan para korban.
“Di sini sebenarnya merupakan material-material beton yang bertumpuk-tumpuk. Sehingga dari kondisi ini kalau dalam istilah SAR, tipe reruntuhannya sebenarnya tipe pancake sehingga harus dilaksanakan penanganan khusus,” ujar Syafi’i dalam konferensi pers siang tadi, dalam program Headline News Metro Tv, Rabu, 1 Oktober 2025.
Basarnas mengerahkan
Special Group dari kantor pusat, serta
tim SAR dari Yogyakarta dan Semarang dengan peralatan lengkap. “Pada saat kita mendeteksi masih ada beberapa korban yang memungkinkan masih bisa kita selamatkan, maka Basarnas langsung mengirim tim khusus dengan fasilitas
rescue,” tambahnya.
Syafi’i menekankan pentingnya setiap nyawa yang masih bisa diselamatkan. “Prinsip Basarnas atau visi search and rescue internasional bahwa satu nyawa itu menjadi aset negara yang tidak bisa dihitung nilainya,” tegasnya.
Meski masyarakat ingin ikut serta dalam proses evakuasi, Syafi’i meminta agar seluruh pihak memberi waktu dan ruang kepada Basarnas untuk bekerja optimal. “Saat ini kita mengejar
golden time, karena dimungkinkan dari
golden time inilah yang kita detect masih ada kehidupan, ini masih memungkinkan untuk bisa kita selamatkan,” ujarnya.
Berdasarkan data posko gabungan hingga sore ini, jumlah keseluruhan korban yang telah dievakuasi mencapai 104 jiwa. Dari jumlah tersebut, 91 orang berhasil menyelamatkan diri secara mandiri, sementara 13 orang lainnya dievakuasi oleh tim SAR gabungan. Dari 13 orang yang dievakuasi, empat di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
(Muhammad Fauzan)