Presiden Jokowi dalam forum pertemuan pimpinan media mengatakan akan cawe-cawe demi bangsa dan negara. Pernyataan itu membuat geram Analis Ekonomi Politik, Didik J Rachbini, dan mengatakan, Jokowi tidak memiliki etik.
"Kalu secara hukum memang tidak salah, tetapi tidak punya etik," ucap Didik dalam program Primetime News Metro TV, Selasa (30/5/2023).
Didik mengungkapkan bahwa Jokowi tidak memiliki etik jika cawe-cawe jelang Pilpres 2024. Bahkan, ia mengibaratkan seperti halnya meludah ke lantai dalam sebuah acara pesta besar.
"Saya mencontohkan dengan meludah supaya ekstrem, supaya terlihat salahnya dimana, ini masalah etik" ungkap Didik dengan nada tinggi.
Menurut Didik, presiden selaku kepala negara, jika dilihat dari segi politik maka tidak boleh memihak salah satu kubu. Ia mengatakan, pengaruh dan kekuatan yang dimiliki Jokowi masih sangat besar dalam gelaran lima tahun sekali tersebut.
"Dia (Jokowi) punya sumber daya, punya intel, kekuatannya masih sangat besar," ujarnya.
Kendati demikian, pihak istana mengatakan bahwa tidak ada yang salah dalam perkataan Jokowi dalam pertemuan dengan para pemimpin media siang tadi. Bahkan, Tenaga Ahli Utama KSP, Ali Mochtar Ngabalin, mengatakan Jokowi tidak memihak ke mana pun.
"Tidak ada yang salah dengan diksi cawe-cawe Jokowi," ujar Ali Mochtar Ngabalin.
Ali menegaskan Jokowi hanya ingin memastikan pemilu berjalan dengan jujur dan adil. Bahkan ia mengatakan, masyarakat telalu membesar-besarkan kata cawe-cawe tersebut.
"Ini pertemuan yang biasa dilakukan, Jokowi bukan presiden pertama yang melakukan pertemuan tersebut," ungkap Ali.
Sebeumnya, Presiden Jokowi mengaku dan menjelaskan cawe-cawe dalam Pemilu 2024 untuk memastikan kebijakan strategis nasional. Di antaranya, perkembangan ekonomi dan pembangunan IKN dapat dilanjutkan.
Jokowi mengakui hal itu dihadapan para pemimpin redaksi media di Istana Negara, Senin (29/5/2023). Jokowi menegaskan tidak akan melanggar konstitusi, ia berasalan mengupayakan Indonesia menjadi negara maju.