Bedah Editorial MI: Jokowi Jangan Gimik Serukan Persaudaraan

24 July 2023 22:14

Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan pentingnya menjaga persaudaraan sesama anak bangsa di tengah kompetisi demokrasi. Dia minta warga tidak saling bertengkar meski berbeda pilihan calon presiden.

Peringatan dan permintaan Jokowi itu di sampaikan dalam perayaan HUT ke-25 PKB di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (23/7). Kendati bukan kali pertama diserukan, tetapi ia kiranya tetap relevan untuk kita renungkan dan wujudkan. 

Benar bahwa tiada satu pun alasan bagi bangsa ini terpecah belah hanya karena pemilu. Betul bahwa tak ada secuil pun dalih bagi Republik tercinta ini untuk tercerai berai hanya lantaran beda referensi. Presiden Jokowi juga benar, buat apa rakyat bermusuhan padahal para capres kerap bersandingan, sering minum kopi bersama. Di depan latar, mereka menunjukkan rivalitas sengit, tapi di belakang tetap menjalin persahabatan.

Fakta di Tanah Suci setidaknya memperlihatkan hal itu. Ketika itu, bakal calon presiden Anies Baswedan bertemu dan berfoto bersama dengan bacapres Ganjar Pranowo. Anies juga berpose dengan petinggi PDIP, partai pengusung Ganjar, yakni Puan Maharani. Pun di Tanah Air, ketiga bacapres termasuk Prabowo Subianto juga kerap menyuarakan pentingnya untuk menjaga persatuan dan persatuan. 

Bangsa ini masih kental dengan budaya paternalistik. Masyarakat terbiasa mengikuti apa kata pemimpin, meniru sikap dan perilaku elite idola mereka. Dengan begitu, para pemimpin mesti betul-betul akur, bukan seolah-olah akur tapi surplus syahwat untuk saling menghancurkan. Para capres harus benar-benar rukun di tengah rivalitas, bukan pura-pura rukun tapi kelebihan nafsu untuk saling menggilas.

Di tengah kompetisi nan sengit, para pemimpin perlu akur secara substantif, jangan cuma gimik. Buat apa menyuarakan kedamaian dan persatuan, tetapi di belakang terus memelihara buzzer-buzzer laknat yang kerjaannya selalu menebar kekacauan dan adu domba? Buat apa menggaungkan pesan kejujuran dalam permainan tetapi membiarkan timnya gigih menyerang lawan dengan hoaks dan fitnah? 

Adalah kewajiban bagi para capres untuk menciptakan kesejukan luar dalam. Kesejukan tak mungkin tercipta hanya dengan manisnya kata tapi pahit dalam tindakan nyata.

Demikian halnya dengan pemimpin tertinggi negeri ini, Presiden Jokowi. Terus menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan memang baik, tetapi jauh lebih baik jika dibarengi dengan contoh konkret bagaimana merajut persatuan dan kesatuan itu. Harus kita katakan, di pilpres kali ini, Jokowi belum memberikan contoh yang baik.

Sebagai panutan rakyat, Presiden semestinya tidak memihak. Agar pilpres berlangsung jujur, adil, dan demokratis, tak seharusnya dia cawe-cawe. Tugas presiden ialah memastikan demokrasi berjalan di rel yang benar, bukan mati-matian memenangkan penerusnya yang justru akan membawa demokrasi tergelincir di rel yang salah.

Presiden adalah milik seluruh rakyat, presidennya semua capres baik yang sekubu maupun yang berseberangan. Memihak, cawe-cawe, hanya melanggengkan polarisasi, cuma memperpanjang perseteruan sesama anak bangsa. Sikap itu kontradiksi dengan peringatan dan permintaannya agar rakyat tetap bersatu, tidak berselisih, tidak bertengkar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Thirdy Annisa)