Peran Panas Bumi untuk Ketahanan Listrik Nasional

Panas bumi menjadi salah satu sumber energi hijau yang terus dikembangkan di Indonesia. Salah satu fasilitas yang memanfaatkan potensi ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Beroperasi sejak 1982, PLTP Kamojang tercatat sebagai pembangkit panas bumi pertama di Indonesia sekaligus penghasil hidrogen hijau pertama di Asia Tenggara.

Dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy, PLTP Kamojang beroperasi dengan lima unit terpasang dan total kapasitas 235 megawatt. Pembangkit ini menyalurkan listrik untuk sekitar 260 ribu rumah di wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Sumber energi panas bumi berasal dari Kawah Kamojang yang lokasinya berdekatan dengan area pembangkit. Sumur panas bumi pertama ditemukan pada 1926 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, menjadikan kawasan ini salah satu titik penting pengembangan geothermal di Indonesia.

PJS GM PGE Area Kamojang Hendrik K. Sinaga menyebut Kamojang sebagai pelopor pemanfaatan panas bumi di Indonesia. “Kamojang menjadi benchmarking dalam pengembangan usaha panas bumi yang andal secara lingkungan dan sosial,” ujar Hendrik K. Sinaga, dikutip dari Zona Bisnis Metro TV, Rabu, 19 November 2025.
 

Pemanfaatan panas bumi di Kamojang tidak hanya digunakan untuk pembangkit listrik. Pertamina juga mengembangkan program CSR berupa dry house yang memanfaatkan panas bumi untuk mengeringkan kopi dari petani lokal. Panas dialirkan melalui pipa kecil ke dalam ruangan pengeringan, sementara petugas memantau kelembaban serta suhu yang dijaga pada rentang 30 hingga 45 derajat celcius. Program ini menjadi dry house pertama di Indonesia yang menggunakan tenaga geothermal untuk pengolahan hasil pertanian.

Hendrik berharap inovasi ini dapat diterapkan di wilayah lain yang memiliki potensi panas bumi. “Kami ingin model CSR ini direplikasi dan menjadi acuan bagi petani kopi serta inovasi geothermal lainnya,” ujarnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa panas bumi tidak hanya bermanfaat sebagai penghasil listrik, tetapi juga membantu meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui teknologi yang ramah lingkungan.

(Aulia Rahmani Hanifa)