Warga Amerika Serikat baru saja menyalurkan suaranya untuk memilih presiden yang akan memimpin empat tahun ke depan. Pada Pemilu yang digelar 5 November 2024 ini, warga Amerika memiliki dua pilihan calon presiden yaitu Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat mendapat perhatian besar karena hasilnya tidak hanya berpengaruh pada nasib warga Amerika Serikat, tetapi juga memengaruhi banyak warga dunia.
Sistem politik di AS didominasi dua partai politik yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Partai Demokrat merupakan partai politik liberal yang agenda politiknya sebagian besar terkait dengan perjuangan hak-hak sipil, jaring pengaman sosial, serta langkah-langkah mengatasi perubahan iklim.
Sementara itu Partai Republik merupakan partai politik konservatif yang juga dikenal sebagai Grand Old Party. Sebagian besar agenda politik partai terkait dengan upaya agar pajak lebih rendah, memperjuangkan hak senjata, serta pengetatan imigrasi dan aborsi.
Berbeda dengan pemilihan presiden di Indonesia yang memberikan hak suara bagi setiap warga negara untuk memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang disukai, di
Amerika Serikat warga tidak memilih presiden secara langsung. Warga memilih orang-orang yang bakal duduk dalam lembaga pemilih atau electoral college. Anggota electoral college ini dicalonkan oleh partai politik di tingkat negara bagian. Mereka biasanya petinggi partai atau sosok yang berafiliasi dengan kandidat presiden dari partainya.
Jumlah electoral college setiap negara bagian disesuaikan dengan jumlah penduduknya. California menjadi negara bagian dengan jumlah electoral college terbanyak yaitu 55 orang. Sementara itu, negara bagian dengan penduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, North Dakota dan Washington DC diwakili oleh minimal tiga orang.
Total anggota electoral college sebanyak 538 orang. Sehingga untuk bisa memenangi Pilpres, seorang calon Presiden harus mendapatkan suara paling sedikit 270 electoral college.
Setiap anggota elekcoral college akan memilih calon presiden yang mendapatkan suara terbanyak di negara bagian. Misalnya jika kandidat dari Partai Republik memenangkan suara 50,1% suara di negara bagian Texas, dia akan mendapat seluruh suara elecoral college dari negara bagian Texas demikian juga di negara bagian yang lain. Dengan sistem ini sangat mungkin seorang kandidat yang populer secara nasional, tapi gagal mendapatkan 270 suara electoral college.
Pada Pilpres 2016, suara Donald Trump kalah dibanding Hillary Clinton dengan selisih sekitar tiga juta suara. Namun, Trump mendapatkan suara electoral college lebih banyak dibanding Hillary. Sehingga ia menang dalam pilpres tersebut.