Jakarta: Kadang bahaya terbesar bagi prajurit muda bukan dari medan perang, tetapi dari dalam baraknya sendiri. Disiplin yang kaku dan rasa kebersamaan yang sering dikedepankan tersimpan sisi kelam yag jarang terbuka ke publik.
Sisi inilah yang kemudian mencoreng nama Yonif Teritorial Pembangunan/834 Waka Nga Mere di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dan merenggut seorang prajurit berusia 23 tahun, Prada Lucky Saputra Namo.
Baru dua bulan berdinas, Lucky pulang bukan untuk cuti, namun untuk yang terakhir kalinya dalam sebuah peti jenazah yang menyimpan senyum terakhirnya.
Pada 2 Agustus, Prada Lucky dilarikan ke rumah sakit. Pemeriksaan medis menemukan luka-luka serius, termasuk cedera ginjal. Kekerasan diduga terjadi dalam beberapa periode, bukan satu kali kejadian.
20 orang jadi tersangka
Pihak TNI bergerak cepat dan menetapkan empat prajurit TNI sebagai tersangka meninggalnya Prada Lucky. Dan hasil pemeriksaan selanjutnya, jumlah tersangka bertambah menjadi 20 orang. Seluruh tersangka kini ditahan di Subdenpom IX/1-1 Ende.
Dugaan tindak pidana yang diduga dilakukan para tersangka yaitu pengeroyokan yang menyebabkan kematian, dan dikenakan Pasal 170, 351, 354 KUHP, serta Pasal 131 dan 132 KUHP Militer.
Baca juga: Menyingkap Tabir Kematian Prada Lucky |
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen Wahyu Yudhayana, mengungkap motif penganiayaan yang berujung pada kematian Prada Lucky. "Proses hukum akan transparan dan sesuai aturan," kata Brigjen Wahyu.
Menurut Wahyu, luka-luka yang dialami Prada Lucky tidak disebabkan oleh benda, sehingga diduga kuat kematiannya terjadi atas dasar pembinaan.
Sementara itu Ketua DPR Puan Maharani mendesak hukuman terhadap para tersangka yang memberikan efek jera dan evaluasi sistem pembinaan TNI.
Kakak korban, Lusy Namo menolak isu-isu liar yang beredar medsos, terutama yang tidak ada kaitannya dengan kematian Prada Lucky. Ia meminta publik fokus pada fakta bahwa Prada Lucky meninggal akibat kekerasan dan para pelakunya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Lusy menambahkan bahwa isu-isu yang beredar hanya untuk menutupi aib para pelaku, karena sudah menyiksa adiknya sampai meninggal dunia.
Sumber: Redaksi Metro TV