Gaza: Serangan militer Israel kembali menewaskan sedikitnya 82 warga Palestina dalam 24 jam terakhir di Jalur Gaza, di tengah pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahwa gencatan senjata mungkin tercapai dalam pekan ini. Meski demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap bersikukuh melanjutkan agresi ke Gaza, bahkan saat dirinya dijadwalkan bertolak ke Washington DC untuk bertemu dengan Trump.
Kota Gaza menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah dengan 39 korban jiwa. Sembilan warga lainnya dilaporkan tewas di dekat titik distribusi bantuan milik organisasi Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Sejak akhir Mei 2025, lebih dari 743 warga Palestina dilaporkan tewas saat mengantre bantuan makanan di titik-titik distribusi, yang disebut-sebut menjadi sasaran tembak pasukan Israel dan tentara bayaran Amerika Serikat.
Pihak otoritas Palestina menuduh penyaluran bantuan oleh organisasi asing sebagai kedok untuk menjebak dan menyerang warga sipil. Tuduhan genosida terhadap Israel kembali menguat seiring makin banyaknya korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, di seluruh penjuru Gaza.
Sementara itu, negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel kembali digelar di Doha, Qatar, dengan mediasi Amerika Serikat. Presiden Trump dalam pernyataannya menyebut peluang tercapainya kesepakatan gencatan senjata sangat mungkin pekan ini.
Di sisi lain,
Netanyahu disebut tetap ingin melanjutkan serangan ke Gaza sebagai strategi untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus korupsi yang tengah membelitnya. Ia juga kembali menyuarakan keinginan untuk mencaplok seluruh wilayah Gaza.
Dalam perkembangan lain, seorang tentara Israel yang sempat ditawan kelompok pejuang Hamas, Edan Alexander, memberikan kesaksian mengejutkan di Gedung Putih pekan lalu. Dalam keterangannya, Edan menyebut dirinya diperlakukan dengan baik selama ditawan, dan diberi tempat tinggal serta makanan layak oleh Hamas. Kesaksian ini muncul menjelang putaran baru negosiasi damai di Qatar.
(Tamara Sanny)