3 October 2025 14:47
Proses evakuasi korban ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, berlangsung dramatis dan penuh tantangan. Tim Search and Rescue (SAR) gabungan harus membuat galian sempit dan merayap selama tiga jam di bawah beton untuk mengevakuasi santri yang terjebak reruntuhan bangunan.
Dengan lebar galian hanya sekitar 80 sentimeter dan diameter 60 sentimeter, petugas harus masuk satu per satu ke ruang sempit yang nyaris tanpa udara. Upaya keras ini akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya tujuh korban pada Rabu malam, 1 Oktober 2025.
Dari tujuh korban yang berhasil dievakuasi, dua orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara itu, lima santri lainnya berhasil selamat, yakni Haikal, Wahyudi, Alfatih, Taufan Saputra, dan Saiful Rosi. Seluruh korban selamat segera mendapatkan perawatan medis intensif setelah dikeluarkan dari reruntuhan.
Proses penyelamatan tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga komunikasi. Tim penyelamat berusaha menjalin percakapan dengan korban untuk memberi motivasi agar tetap kuat. Bahkan, petugas menyuplai makanan dan minuman kepada para santri agar mereka mampu bertahan selama menunggu akses evakuasi dibuka.
Momen haru terdengar ketika tim penyelamat berulang kali memberikan semangat kepada para korban. “Sabar ya, Nak. Oke, semangat ya,” ujar salah satu relawan dari tim SAR Surabaya yang terekam dalam proses evakuasi, seperti dilihat dari program Breaking News Metro TV, Jumat, 3 Okober 2025. Kalimat sederhana itu menjadi penguat mental bagi korban yang terjebak dalam kondisi penuh tekanan.
Keberhasilan evakuasi ini menjadi bukti sinergi dan dedikasi tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan. Meski kondisi reruntuhan berbahaya, mereka terus berupaya mengevakuasi seluruh korban dengan harapan dapat meminimalkan jumlah korban jiwa.
(Muhammad Fauzan)