Semarang: Guru Besar FK Undip Ilmu Bedah Syaraf, Zainal Muttaqin, tidak membenarkan adanya permintaan uang hingga puluhan juta Rupiah oleh para senior kepada mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari. Temuan itu terungkap dari hasil investigasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Menurut Zainal, uang yang mencapai Rp30 juta itu merupakan uang iuran untuk kebutuhan mahasiswa. Misalnya, untuk kebutuhan makan dan untuk penunjang kegiatan akademisi lainnya.
Iurannya sebesar Rp3 juta per bulan. Dokter Aulia ditunjuk sebagai bendahara untuk mengelola uang tersebut yang dikumpulkan dari teman-teman seangkatannya.
"Uang sebesar Rp30 juta (menurut Zainal dikumpulkan dalam satu tahun) dari teman-temannya. Bukan untuk seniornya tapi untuk makan mereka sendiri," ujar Zainal, dikutip Selasa, 3 September 2024.
Zainal kembali menegaskan bahwa uang yang mencapai Rp30 juta itu untuk kebutuhan satu angkatan. Bukan untuk membayar seniornya maupun kebutuhan untuk departemen lain.
"Mereka kelola sendiri kok. Bukan dikelola oleh seniornya atau departemennya," katanya.
Sebelumnya,
Kemenkes membeberkan hasil investigasi mereka. Menurut Kemenkes, dokter Aulia Risma sempat diminta uang puluhan juta per bulan sebelum mengakhiri hidupnya.
"Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-40 juta per bulan," kata Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam keterangan tertulis, Minggu, 1 September 2024.
Menurut Syahril, berdasarkan kesaksian permintaan uang itu berlangsung sejak korban masih semester 1 pendidikan atau di sekitar Juli hingga November 2022. Kala itu, Aulia Risma ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya.
"Dan juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik antara lain; membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya," ungkap Syahril.
Syahril mengatakan pungutan ini sangat memberatkan Aulia Risma dan keluarga. Faktor ini lah diduga menjadi pemicu awal korban mengalami tekanan dalam pembelajaran, karena tidak menduga ada pungutan-pungutan dengan nilai puluhan juta.