Momen peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tidak bisa lepas dari sosok para guru sebagai bagian penting dalam pendidikan. Salah satunya Galih Sulistyaningra.
Galih terlahir dari keluarga guru dan mendapat kesempatan untuk menimba ilmu tentang pendidikan di luar negeri. Melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan, Galih melanjutkan pendidikannya di Inggris Bidang Perencanaan Pendidikan.
Galih selalu melihat pendidikan luar negeri sebagai acuan. Namun, ia harus menghadapi kenyataan kondisi pendidikan di Tanah Air.
Usai mundur sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Galih masih berkecimpung dalam dunia pendidikan. Melalui akun media sosialnya belakangan, Galih sering membagikan konten-konten bermuatan pendidikan yang banyak mendapat tanggapan positif.
Menurut Galih, murid-murid di Indonesia cenderung pasif karena takut untuk berpendapat. Hal ini pun menjadi kebiasaan hingga saat ini.
"Kebiasaannya mungkin ketika kita di sekolah. Misalnya pendapatnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, murid-murid mendapatkan penghakiman atau mungkin dari teman-teman lainnya," ujar Galih dalam tayangan
Selamat Pagi Indonesia,
Metro TV, Jumat, 2 Mei 2025.
Galih pun menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang sudah mengakar di dunia pendidikan. Untuk itu, dirinya selalu membuat ruang aman di kelas yang diajarnya.
"Jadi bersepakat bahwa semua pendapat itu berharga. Ini bukan masalah benar atau salah, tapi partisipasi semua anak-anak itu harus ada. Semua anak harus terlibat dan kita harus kasih ruang aman," ujarnya.
Salah satu ruang aman yang bisa diciptakan untuk murid-murid di sekolah adalah dengan tidak menyudutkan opininya. Hal itu juga bisa meningkatkan kepercayaan diri seorang murid.
"Semua sama di kelas. Jadi memang mulainya tuh harus dari kesepakatan bersama bahwa mereka mau terlibat menjawab. Dan aku juga kasih ruang enggak boleh ada yang
ngeledekin," ucap Galih.