Jakarta: Di Papua Barat,
pakaian adat bukan sekadar busana upacara, tetapi simbol identitas, kehormatan, dan kedekatan masyarakat dengan alam. Salah satu yang paling ikonik adalah rok rumbai atau baju serat alam,
warisan budaya yang dikerjakan secara tradisional dan dikenakan dalam berbagai perayaan adat.
Bahan dari Alam, Filosofi dari Leluhur
Rok rumbai dibuat dari daun sagu kering, serat kayu, bulu burung, dan kerang laut. Warna yang digunakan umumnya bernuansa cokelat tanah dan kuning keemasan, merepresentasikan kehangatan, kesuburan, dan hubungan harmonis dengan alam.
Pengerjaan pakaian ini sepenuhnya dilakukan dengan tangan, diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap detailnya disesuaikan dengan status sosial dan peran pemakai dalam masyarakat adat.
Perbedaan Pakaian Pria dan Wanita
Pria: mengenakan koteka (penutup khas) dan rok rumbai, dilengkapi hiasan kepala dari bulu burung kasuari atau cenderawasih, serta kalung manik-manik.
Wanita: memakai rok rumbai dan penutup dada, ditambah hiasan kepala dan aksesori dari bahan alami.
Keduanya menampilkan perpaduan seni, keindahan alam, dan simbol-simbol adat yang kuat.
Digunakan dalam Upacara Adat
Pakaian adat Papua Barat ini dikenakan dalam beragam acara penting seperti:
- Tarian penyambutan tamu kehormatan
- Pernikahan adat
- Festival budaya Papua Barat
Setiap penampilan bukan sekadar pertunjukan visual, tetapi juga pernyataan identitas dan kebanggaan akan warisan leluhur.
Simbol Kehormatan dan Kelestarian Budaya
Bagi masyarakat Papua Barat, rok rumbai adalah cerminan kehidupan yang dekat dengan alam, serta penghormatan kepada leluhur dan tradisi. Di tengah arus modernisasi, menjaga kelestarian pakaian adat ini menjadi wujud nyata mempertahankan jati diri.
jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di metrotvnews.com
(Calista Vanis)